Social Icons

Rabu, 12 Desember 2012

peribahasa indonesia

Peribahasa Indonesia sudah sering digunakan oleh masyarakat. Keanekaragaman adat-istiadat, budaya, dan bahasa di negara Indonesia berpengaruh pada perbendaharaan kalimat, yaitu Peribahasa Indonesia. Berikut ini saya akan memberikan beberapa Peribahasa Indonesia beserta arti atau maknanya. Ada uang abang disayang, tak ada uang abang melayang. Hanya mau bersama saat sedang senang saja, tak mau tahu di saat sedang susah. Menang jadi arang, kalah jadi abu. Kalah ataupun menang sama-sama menderita. Bagaikan abu di atas tanggul. Orang yang sedang berada pada kedudukan yang sulit dan mudah jatuh. Ada Padang ada belalang, ada air ada pula ikan. Di mana pun berada pasti akan tersedia rezeki buat kita. Adat pasang turun naik. Kehidupan di dunia ini tak ada yang abadi, semua senantiasa silih berganti. Membagi sama adil, memotong sama panjang. Jika membagi maupun memutuskan sesuatu hendaknya harus adil dan tidak berat sebelah. Air beriak tanda tak dalam. Orang yang banyak bicara biasanya tak banyak ilmunya. Air tenang menghanyutkan. Orang yang kelihatannya pendiam, namun ternyata banyak menyimpan ilmu pengetahuan dalam pikirannya. Air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga. Sifat-sifat anak biasanya menurun dari sifat orangtuanya. Berguru kepalang ajar, bagai bunga kembang tak jadi. Menuntut ilmu hendaknya sepenuh hati dan tidak tanggung-tanggung agar mencapai hasil yang baik. Sepandai-pandai tupai melompat, sekali waktu jatuh juga. Sepandai-pandainya manusia, suatu saat pasti pernah melakukan kesalahan juga. Tong kosong nyaring bunyinya. Orang sombong dan banyak bicara biasanya tidak berilmu. Tong penuh tidak berguncang, tong setengah yang berguncang. Orang yang berilmu tidak akan banyak bicara, tetapi orang bodoh biasanya banyak bicara seolah-olah tahu banyak hal. Tua-tua keladi, makin tua makin menjadi. Orang tua yang bersikap seperti anak muda, terutama dalam masalah percintaan. Karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Karena kesalahan kecil, menghilangkan semua kebaikan yang telah diperbuat. Bagaikan burung di dalam sangkar. Seseorang yang merasa hidupnya dikekang. Terbuat dari emas sekalipun, sangkar tetap sangkar juga. Meskipun hidup dalam kemewahan tetapi terkekang, hati tetap merasa tersiksa juga. Sakit sama mengaduh, luka sama mengeluh. Seiya sekata dalam semua keadaan. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Segala sesuatu dalam kehidupan bukan manusia yang menentukan. Barangsiapa menggali lubang, ia juga terperosok ke dalamnya. Bermaksud mencelakakan orang lain, tetapi dirinya juga ikut terkena celaka. Jauh di mata dekat di hati Dua orang yang tetap merasa dekat meski tinggal berjauhan. Seberat-berat mata memandang, berat juga bahu memikul. Seberat apapun penderitaan orang yang melihat, masih lebih menderita orang yang mengalaminya. Badan boleh dimiliki, hati jangan. Ungkapan bahwa orang tersebut sudah memiliki kekasih, hatinya sudah ada yang memiliki. Secara fisik mau menuruti segala macam perintah yang menindas, namun di dalam hati tetap menentang. Lain di bibir lain di hati. Perkataan yang tidak sesuai dengan kata hatinya, tidak jujur. Seperti lebah, mulut bawa madu, pantat bawa sengat. Berwajah rupawan namun perilakunya jahat. Ada harga ada rupa. Harga suatu barang tentu disesuaikan dengan keadaan barang tersebut. Membelah dada melihat hati. Ungkapan untuk menyatakan kesungguhan. Sedap jangan ditelan, pahit jangan segera dimuntahkan. Berpikir baik-baik sebelum bertindak agar tidak kecewa. Karena mata buta, karena hati mati. Menjadi celaka karena terlalu menuruti hawa nafsunya. Pandai berminyak air. Pandai menyusun kata-kata untuk mencapai maksudnya. Putih kapas dapat dibuat, putih hati berkeadaan. Kebaikan hati yang bisa dilihat dari tingkah lakunya. Dibujuk ia menangis, ditendang ia tertawa. Mau bekerja dengan baik jika sudah mendapat teguran. Jika ditampar sekali kena denda emas, dua kali setampar emas pula, lebih baik ditampar betul-betul. Setiap perbuatan jahat itu sama saja akibatnya, meski besar ataupun kecil. Lubuk akal tepian ilmu. Seseorang yang dikenal memiliki banyak ilmu pengetahuan. Nasi tak dingin, pinggan tak retak. Orang selalu mengerjakan sesuatu dengan hati-hati. Tolak tangan berayun kaki, peluk tubuh mengajar diri. Belajar untuk mengendalikan diri dan meninggalkan kebiasaan bersenang-senang. Seludang menolak mayang. Sebutan untuk orang sombong dan melupakan orang lain yang telah berjasa dalam hidupnya. Kalau dipanggil dia menyahut, kalau dilihat dia bersua. Bisa menyampaikan maksud dengan cara yang tepat. Pangsa menunjukkan bangsa, umpama durian. Kita bisa melihat perangai seseorang melalui tutur katanya. Ditindih yang berat, dililit yang panjang. Kemalangan yang datang tanpa bisa dihindari. Tertangguk pada ikan sama menguntungkan, tertanggung pada rangsang sama mengiraikan. Suka dan duka dijalani bersama. Keuntungan yang didapatkan dinikmati bersama-sama, kesusahan yang dialami diatasi bersama-sama juga.

Selasa, 20 November 2012

Pengobatan ala rasul menurut ulama

Pengobatan ala rasul menurut ulama salaf 

Ada akibat tentu dengan sebab. Yang demikian merupakan ketentuan Allah Subhanahu wa Ta'ala yang berlaku di jagad raya ini. Memang ini tidak mutlak terjadi pada seluruh perkara. Namun mayoritas urusan makhluk tak lepas dari hukum sebab dan akibat. Hukum ini merupakan hikmah Allah Subhanahu wa Ta'ala yang lengkap dengan kebaikan. Makhluk mana pun tak bisa menggapai keinginannya kecuali dengan hukum sebab dan akibat. Di alam nyata ini, tak ada sebab yang sempurna dan bisa melahirkan akibat dengan sendirinya kecuali kehendak Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kehendak Allah Subhanahu wa Ta'ala merupakan sebab bagi segala sebab. Kehendak Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah kekuatan yang selalu menuntut (memunculkan) akibat. Tak satu sebab pun bisa melahirkan akibat dengan sendirinya, melainkan harus disertai sebab yang lain yaitu kehendak Allah Subhanahu wa Ta'ala. Allah Subhanahu wa Ta'ala menetapkan pada sebagian sebab, hal-hal yang dapat menggagalkan akibatnya. Adapun kehendak Allah Subhanahu wa Ta'ala, tidak membutuhkan sebab yang lain kecuali kehendak-Nya itu sendiri. 
Tak ada sebab apapun yang dapat melawan dan membatalkannya. Namun terkadang Allah Subhanahu wa Ta'ala membatalkan hukum kehendak-Nya dengan kehendak-Nya (yang lain). Dialah yang menghendaki sesuatu lalu menghendaki lawan yang bisa mencegah terjadinya. Inilah sebab mengapa seorang hamba wajib memasrahkan dirinya, takut, berharap, dan berkeinginan hanya ditujukan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala saja. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mengucapkan dalam doanya: اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِرَضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ، وَبِمَعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوْبَتِكَ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْكَ “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan ridha-Mu dari murka-Mu, dengan pemeliharaan-Mu dari siksa-Mu. Dan aku berlindung dengan-Mu dari-Mu.” (HR. Muslim dan Abu Dawud) وَلاَ مَنْجَى مِنْكَ إِلاَّ إِلَيْكَ “Tak ada tempat selamat dari Dzat-Mu kecuali kepada Dzat-Mu.” (HR. Muslim) Di antara sekian akibat yang membutuhkan sebab adalah kesembuhan. Kesembuhan datang dengan sebab berobat. Namun, apakah setiap orang yang berobat pasti sembuh? Jawabannya tentu tidak. Karena kesembuhan itu datangnya dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, bukan dari obat atau orang yang mengobati. Obat akan manjur dan mengantarkan kepada kesembuhan bila Allah Subhanahu wa Ta'ala kehendaki. Karena itu, seorang yang berobat tidak boleh menyandarkan dirinya kecuali hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, bukan kepada obat dan orang yang mengobati. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah memaparkan perihal berobat dalam beberapa haditsnya. Di antaranya: 1. Dari Jabir bin ‘Abdullah radhiallahu 'anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ، فَإِذَا أَصَابَ الدَّوَاءُ الدَّاءَ، بَرَأَ بِإِذْنِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ “Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan penyakitnya maka dia akan sembuh dengan seizin Allah Subhanahu wa Ta'ala.” (HR. Muslim) 2. Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: مَا أَنْزَلَ اللهُ مِنْ دَاءٍ إِلاَّ أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً “Tidaklah Allah menurunkan sebuah penyakit melainkan menurunkan pula obatnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim) 3. Dari Usamah bin Syarik radhiallahu 'anhu, bahwa beliau berkata: كُنْتُ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَجَاءَتِ اْلأَعْرَابُ، فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَنَتَدَاوَى؟ فَقَالَ: نَعَمْ يَا عِبَادَ اللهِ، تَدَاوَوْا، فَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ لَمْ يَضَعْ دَاءً إِلاَّ وَضَعَ لَهُ شِفَاءً غَيْرَ دَاءٍ وَاحِدٍ. قَالُوا: مَا هُوَ؟ قَالَ: الْهَرَمُ Aku pernah berada di samping Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Lalu datanglah serombongan Arab dusun. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, bolehkah kami berobat?” Beliau menjawab: “Iya, wahai para hamba Allah, berobatlah. Sebab Allah Subhanahu wa Ta'ala tidaklah meletakkan sebuah penyakit melainkan meletakkan pula obatnya, kecuali satu penyakit.” Mereka bertanya: “Penyakit apa itu?” Beliau menjawab: “Penyakit tua.” (HR. Ahmad, Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan At-Tirmidzi, beliau berkata bahwa hadits ini hasan shahih. Syaikhuna Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i menshahihkan hadits ini dalam kitabnya Al-Jami’ Ash-Shahih mimma Laisa fish Shahihain, 4/486) 4. Dari Ibnu Mas’ud radhiallahu 'anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: إِنَّ اللهَ لَمْ يَنْزِلْ دَاءً إِلاَّ أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً، عَلِمَهُ مَنْ عَلِمَهُ وَجَهِلَهُ مَنْ جَهِلَهُ “Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala tidaklah menurunkan sebuah penyakit melainkan menurunkan pula obatnya. Obat itu diketahui oleh orang yang bisa mengetahuinya dan tidak diketahui oleh orang yang tidak bisa mengetahuinya.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan Al-Hakim, beliau menshahihkannya dan disepakati oleh Adz-Dzahabi. Al-Bushiri menshahihkan hadits ini dalam Zawa`id-nya. Lihat takhrij Al-Arnauth atas Zadul Ma’ad, 4/12-13) Dalam berobat, banyak cara yang bisa ditempuh asalkan tidak melanggar syariat Allah Subhanahu wa Ta'ala. Namun para ulama berbeda pendapat tentang hukum berobat dan meninggalkannya. Tentunya perselisihan mereka berangkat dari perbedaan dalam memahami dalil-dalil yang ada dalam permasalahan ini. Terdapat tiga pendapat di kalangan para ulama dalam menentukan hukum berobat. Pertama, menurut sebagian ulama bahwa berobat diperbolehkan, namun yang lebih utama tidak berobat. Ini merupakan madzhab yang masyhur dari Al-Imam Ahmad rahimahullahu. Kedua, menurut sebagian ulama bahwa berobat adalah perkara yang disunnahkan. Ini merupakan pendapat para ulama pengikut madzhab Asy-Syafi’i rahimahullahu. Bahkan Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu dalam kitabnya Syarh Shahih Muslim menisbahkan pendapat ini kepada madzhab mayoritas para ulama terdahulu dan belakangan. Pendapat ini pula yang dipilih oleh Abul Muzhaffar. Beliau berkata: “Menurut madzhab Abu Hanifah, berobat adalah perkara yang sangat ditekankan. Hukumnya hampir mendekati wajib.” Ketiga, menurut sebagian ulama bahwa berobat dan meninggalkannya sama saja, tidak ada yang lebih utama. Ini merupakan madzhab Al-Imam Malik rahimahullahu. Beliau berkata: “Berobat adalah perkara yang tidak mengapa. Demikian pula meninggalkannya.” (Lihat Fathul Majid, hal. 88-89) Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullahu memiliki metode yang cukup baik dalam mempertemukan beberapa pendapat di atas. Beliau merinci hukum berobat menjadi beberapa keadaan, sebagai berikut: 1. Bila diketahui atau diduga kuat bahwa berobat sangat bermanfaat dan meninggalkannya akan berakibat kebinasaan, maka hukumnya wajib. 2. Bila diduga kuat bahwa berobat sangat bermanfaat, namun meninggalkannya tidak berakibat kebinasaan yang pasti, maka melakukannya lebih utama. 3. Bila dengan berobat diperkirakan kadar kemungkinan antara kesembuhan dan kebinasaannya sama, maka meninggalkannya lebih utama agar dia tidak melemparkan dirinya dalam kehancuran tanpa disadari. (Lihat Asy-Syarhul Mumti’, 2/437) Secara garis besar, berobat merupakan perkara yang disyariatkan selama tidak menggunakan sesuatu yang haram. Hal ini sebagaimana ditegaskan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sabdanya: إِنَّ اللهَ أَنْزَلَ الدَّاءَ وَالدَّوَاءَ وَجَعَلَ لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءً فَتَدَاوَوْا وَلاَ تَدَاوَوْا بِحَرَامٍ “Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obatnya, demikian pula Allah menjadikan bagi setiap penyakit ada obatnya. Maka berobatlah kalian dan janganlah berobat dengan yang haram.” (HR. Abu Dawud dari Abud Darda` radhiallahu 'anhu) Abu Hurairah radhiallahu 'anhu berkata: نَهَى رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الدَّوَاءِ الْخَبِيْثِ “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang dari obat yang buruk (haram).” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah. Asy-Syaikh Al-Albani menshahihkannya dalam Shahih Ibnu Majah, 2/255) [Lihat kitab Ahkam Ar-Ruqa wa At-Tama`im karya Dr. Fahd As-Suhaimi, hal. 21) Di antara cara pengobatan yang disyariatkan adalah melakukan ruqyah. Akhir-akhir ini, pengobatan dengan ruqyah memang marak diperbincangkan dan dipraktekkan di tengah kaum muslimin negeri ini. Padahal sebelumnya pengobatan dengan ruqyah tidak banyak diketahui oleh mereka. Sayangnya, sebagian kelompok menjadikan ruqyah sebagai arena untuk mengundang simpati publik demi kepentingan yang bernuansa politik. Mereka beramai-ramai membuka ruqyah center di berbagai tempat guna memenuhi kebutuhan massa yang ‘haus’ akan pengobatan ruqyah. Namun sudahkah praktek ruqyah itu mencocoki tuntunan syariat Islam? Pertanyaan ini harus dijawab dengan ilmu yang benar, bukan dengan semangat belaka. Oleh karena itu perlu pembekalan ilmu yang dapat mengenalkan kaum muslimin kepada ruqyah syar’i yang tepat sesuai dengan Al-Qur`an dan As-Sunnah. Sehingga mereka terhindar dari praktek-praktek ruqyah yang salah kaprah bahkan bertentangan dengan Al-Quran dan As-Sunnah. Oleh karena itu, marilah kita simak beberapa pembahasan berikut ini. Definisi Ruqyah Makna ruqyah secara terminologi adalah al-‘udzah (sebuah perlindungan) yang digunakan untuk melindungi orang yang terkena penyakit, seperti panas karena disengat binatang, kesurupan, dan yang lainnya. (Lihat An-Nihayah fi Gharibil Hadits karya Ibnul Atsir rahimahullahu 3/254) Secara terminologi, ruqyah terkadang disebut pula dengan ‘azimah. Al-Fairuz Abadi berkata: “Yang dimaksud ‘azimah-‘azimah adalah ruqyah-ruqyah. Sedangkan ruqyah yaitu ayat-ayat Al-Qur`an yang dibacakan terhadap orang-orang yang terkena berbagai penyakit dengan mengharap kesembuhan.” (Lihat Al-Qamus Al-Muhith pada materi عزم) Adapun makna ruqyah secara etimologi syariat adalah doa dan bacaan-bacaan yang mengandung permintaan tolong dan perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk mencegah atau mengangkat bala/penyakit. Terkadang doa atau bacaan itu disertai dengan sebuah tiupan dari mulut ke kedua telapak tangan atau anggota tubuh orang yang meruqyah atau yang diruqyah. (Lihat transkrip ceramah Asy-Syaikh Shalih bin ‘Abdul ‘Aziz Alus-Syaikh yang berjudul Ar-Ruqa wa Ahkamuha oleh Salim Al-Jaza`iri, hal. 4) Tentunya ruqyah yang paling utama adalah doa dan bacaan yang bersumber dari Al-Qur`an dan As-Sunnah. (Ibid, hal. 5) Ruqyah di Masa Jahiliyyah Setiap manusia yang mengerti kemaslahatan tentunya selalu ingin menjaga kesehatan tubuh dan jiwanya. Barangsiapa bisa memenuhi keinginan ini berarti karunia Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk dirinya cukup besar. Sehingga wajar jika pengobatan ruqyah telah dikenal secara luas di tengah masyarakat jahiliyyah. Ruqyah adalah salah satu cara pengobatan yang mereka yakini dapat menyembuhkan penyakit dan menjaga kesehatan. Kala itu, ruqyah digunakan untuk mengobati berbagai penyakit, seperti tersengat binatang berbisa, terkena sihir, kekuatan ‘ain (mata jahat), dan lainnya. Namun yang disayangkan, ruqyah sering menjadi media untuk penyebarluasan berbagai kesyirikan di kalangan mereka. Pengobatan ruqyah yang dilakukan tak luput dari pelanggaran syariat. Di antaranya adalah pengakuan mengetahui perkara ghaib, menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta'ala, menyandarkan diri kepada selain Allah Subhanahu wa Ta'ala, berlindung kepada jin, dan lain-lain. Setelah Islam datang, seluruh ruqyah dilarang oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kecuali yang tidak mengandung kesyirikan. Islam mengajarkan kaum muslimin untuk berhati-hati dalam menggunakan ruqyah. Sehingga mereka tidak terjatuh ke dalam pengobatan ruqyah yang mengandung bid’ah atau syirik. ‘Auf bin Malik radhiallahu 'anhu berkata: كُنَّ نَرْقِي فِي الْجَاهِلِيَّةِ فَقُلْنَا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، كَيْفَ تَرَى فِي ذَلِكَ؟ فَقَالَ: اعْرِضُوْا عَلَيَّ رُقَاكُمْ لاَ بَأْسَ بِالرُّقَى مَا لَمْ يَكُنْ فِيْهِ شِرْكٌ “Dahulu kami meruqyah di masa jahiliyyah. Lalu kami bertanya: ‘Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu tentang hal itu?’ Beliau menjawab: ‘Tunjukkan kepadaku ruqyah-ruqyah kalian. Ruqyah-ruqyah itu tidak mengapa selama tidak mengandung syirik’.” (HR. Muslim no. 2200) Kebanyakan manusia terpedaya dengan penampilan ‘shalih’ dari orang yang meruqyah. Sehingga mereka tak lagi memperhatikan tata cara dan isi ruqyah yang dibacakan. Asy-Syaikh Shalih bin ‘Abdul ‘Aziz Alus-Syaikh hafizhahullah (semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala menjaganya) berkata: “Penyebaran kesyirikan banyak terjadi di negeri-negeri Islam melalui para tabib, orang yang mengobati dengan ramu-ramuan dan mengobati dengan Al-Qur`an. Ibnu Bisyr menyebutkan pada permulaan Tarikh Najd, di antara faktor penyebab tersebarnya kesyirikan di negeri Najd adalah keberadaan para tabib dan ahli pengobatan dari orang-orang Badwi di berbagai kampung sewaktu musim buah. Manusia membutuhkan mereka untuk keperluan meruqyah dan pengobatan. Maka mereka memerintahkan manusia dengan kesyirikan dan cara-cara yang tidak disyariatkan....” (Ibid, hal. 2) Hukum Ruqyah Ruqyah telah dikenal oleh masyarakat jahiliyyah sebelum Islam. Tetapi kebanyakan ruqyah mereka mengandung kesyirikan. Padahal Islam datang untuk mengenyahkan segala bentuk kesyirikan. Alasan inilah yang membuat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang para shahabat radhiallahu 'anhum untuk melakukan ruqyah. Kemudian beliau membolehkannya selama tidak mengandung kesyirikan. Beberapa hadits telah menjelaskan kepada kita tentang fenomena di atas. Di antaranya: 1. Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu 'anhu, bahwa beliau berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: إِنَّ الرُّقَى وَالتَّمَائِمَ وَالتِّوَلَةَ شِرْكٌ “Sesungguhnya segala ruqyah, tamimah, dan tiwalah adalah syirik.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Al-Hakim. Hadits ini dishahihkan oleh Al-Hakim dan disepakati oleh Adz-Dzahabi. Asy-Syaikh Al-Albani juga menshahihkannya. Lihat Ash-Shahihah no. 331) 2. Dari ‘Auf bin Malik Al-Asyja’i radhiallahu 'anhu, bahwa beliau berkata: كُنَّ نَرْقِي فِي الْجَاهِلِيَّةِ فَقُلْنَا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، كَيْفَ تَرَى فِي ذَلِكَ؟ فَقَالَ: اعْرِضُوْا عَلَيَّ رُقَاكُمْ لاَ بَأْسَ بِالرُّقَى مَا لَمْ يَكُنْ فِيْهِ شِرْكٌ Dahulu kami meruqyah di masa jahiliyyah. Lalu kami bertanya: “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu tentang hal itu?” Beliau menjawab: “Tunjukkan kepadaku ruqyah-ruqyah kalian. Ruqyah-ruqyah itu tidak mengapa selama tidak mengandung syirik.” (HR. Muslim no. 2200) 3. Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu 'anhu, bahwa beliau berkata: نَهَى رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الرُّقَى فَجَاءَ آلُ عَمْرِو بْنِ حَزْمٍ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالُوا: إِنَّهُ كَانَتْ عِنْدَنَا رُقْيَةٌ نَرْقِي مِنَ الْعَقْرَبِ وَإِنَّكَ نَهَيْتَ عَنِ الرُّقَى. قَالَ: فَعَرَضُوْهَا عَلَيْهِ. فَقَالَ: مَا أَرَى بَأْسًا، مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يَنْفَعَ أَخَاهُ فَلْيَنْفَعْهُ Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang dari segala ruqyah. Lalu keluarga ‘Amr bin Hazm datang kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Mereka berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami dahulu memiliki ruqyah yang kami pakai untuk meruqyah karena (sengatan) kalajengking. Tetapi engkau telah melarang dari semua ruqyah.” Mereka lalu menunjukkan ruqyah itu kepada beliau. Beliau bersabda: “Tidak mengapa, barangsiapa di antara kalian yang mampu memberi kemanfaatan bagi saudaranya, maka hendaknya dia lakukan.” (HR. Muslim no. 2199) 4. Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu 'anhu beliau berkata: كَانَ لِيْ خَالٌ يَرْقِي عَنِ الْعَقْرَبِ، فَنَهَى رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الرُّقَى. قَالَ: فَأَتَاهُ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، إِنَّكَ نَهَيْتَ عَنِ الرُّقَى وَأَنَا أَرْقِي مِنَ الْعَقْرَبِ, فَقَالَ: مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يَنْفَعَ أَخَاهُ فَلْيَفْعَلْ “Dahulu pamanku meruqyah karena (sengatan) kalajengking. Sementara Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang dari segala ruqyah. Maka pamanku mendatangi beliau, lalu berkata: ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau melarang dari segala ruqyah, dan dahulu aku meruqyah karena (sengatan) kalajengking.’ Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pun bersabda: ‘Barangsiapa di antara kalian yang mampu memberi manfaat bagi saudaranya, maka hendaknya dia lakukan.” (HR. Muslim no. 2199) 5. Dari ‘Ubadah bin Ash-Shamit radhiallahu 'anhu beliau berkata: كُنْتُ أَرْقِي مِنْ حُمَةِ الْعَيْنِ فِي الْجَاهِلِيَّةِ. فَلَمَّا أَسْلَمْتُ ذَكَرْتُهَا لِرَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: اعْرِضْهَا عَلَيَّ. فَعَرَضْتُهَا عَلَيْهِ، فَقَالَ: ارْقِ بِهَا فَلاَ بَأْسَ بِهَا “Di masa jahiliyyah dulu aku meruqyah karena (sengatan) kalajengking dan ‘ain (sorotan mata yang jahat). Tatkala aku masuk Islam, aku memberitahukannya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: ‘Perlihatkan ruqyah itu kepadaku!’ Lalu aku menunjukkannya kepada beliau. Beliau pun bersabda: ‘Pakailah untuk meruqyah, karena tidak mengapa (engkau) menggunakannya’.” (HR. At-Thabrani dan dihasankan oleh Al-Haitsaimi dalam Majma’ Az-Zawa`id. Lihat tahqiq Al-Huwaini terhadap kitab Al-Amradh karya Dhiya`uddin Al-Maqdisi, hal. 220) 6. Dari Syifa` bintu Abdullah radhiallahu 'anha: أَنَّهَا كَانَتْ تُرْقِي فِي الْجَاهِلِيَّةِ، فَلَمَّا جَاءَ اْلإِسْلاَمُ، قَالَتْ: لاَ أَرْقِي حَتَّى اسْتَأْذَنَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فَأَتَيْتُهُ فَاسْتَأْذَنْتُهُ. فَقَالَ عَنْهَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ارْقِي مَا لَمْ يَكُنْ فِيْهَا شِرْكٌ “Dahulu dia meruqyah di masa jahiliyyah. Setelah kedatangan Islam, maka dia berkata: ‘Aku tidak meruqyah hingga aku meminta izin kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.’ Lalu dia pun pergi menemui dan meminta izin kepada beliau. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepadanya: ‘Silahkan engkau meruqyah selama tidak mengandung perbuatan syirik’.” (HR. Al-Hakim, Ibnu Hibban, dan yang lainnya. Al-Huwaini berkata: “Sanadnya muqarib.” Ibid, hal. 220) Demikianlah mereka melakukan ruqyah di masa jahiliyyah. Ruqyah mereka mengandung perbuatan syirik sehingga dilarang Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Kemudian beliau membolehkannya bagi mereka selama tidak mengandung kesyirikan. Beliau membolehkannya karena ruqyah itu bermanfaat bagi mereka dalam banyak hal. Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullahu berkata: “Hadits-hadits sebelumnya menunjukkan bahwa hukum asal seluruh ruqyah adalah dilarang, sebagaimana yang tampak dari ucapannya: ‘Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang dari segala ruqyah.’ Larangan terhadap segala ruqyah itu berlaku secara mutlak. Karena di masa jahiliyyah mereka meruqyah dengan ruqyah-ruqyah yang syirik dan tidak dipahami. Mereka meyakini bahwa ruqyah-ruqyah itu berpengaruh dengan sendirinya. Ketika mereka masuk Islam dan hilang dari diri mereka yang demikian itu, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang mereka dari ruqyah secara umum agar lebih mantap larangannya dan lebih menutup jalan (menuju syirik). Selanjutnya ketika mereka bertanya dan mengabarkan kepada beliau bahwa mereka mendapat manfaat dengan ruqyah-ruqyah itu, beliau memberi keringanan sebagiannya bagi mereka. Beliau bersabda: ‘Perlihatkan kepadaku ruqyah-ruqyah kalian. Tidak mengapa menggunakan ruqyah-ruqyah selama tidak mengandung syirik’.” (Ahkamur Ruqa wa At-Tama`im hal. 35) Dalam sebuah hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: لاَ رُقْيَةَ إِلاَّ مِنْ عَيْنٍ أَوْ حُمَةٍ “Tidak ada ruqyah kecuali karena ‘ain (sorotan mata yang jahat) atau humah (sengatan kalajengking).” (HR. Ahmad, Abu Dawud, At-Turmudzi, dan Ibnu Majah dari shahabat ‘Imran bin Hushain radhiallahu 'anhu) Menurut sebagian pendapat bahwa ruqyah tidak diperbolehkan kecuali karena dua hal yang telah disebutkan dalam hadits di atas. (Lihat Fathul Bari, 10/237, cetakan Darul Hadits) Ini adalah pendapat yang lemah karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak memaksudkan dengan sabdanya tersebut untuk melarang ruqyah pada yang selain keduanya. Yang beliau maksudkan bahwa ruqyah yang paling utama dan bermanfaat adalah ruqyah yang disebabkan karena ‘ain atau humah. Hal ini terlihat dari uraian hadits. Ketika Sahl bin Hunaif terkena ‘ain, dia bertanya: “Adakah yang lebih baik dalam ruqyah?” Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: لاَ رُقْيَةَ إِلاَّ مِنْ نَفْسٍ أَوْ حُمَةٍ “Tidak ada ruqyah kecuali karena satu jiwa dan humah (sengatan kalajengking).” Demikian pula hadits-hadits yang lain, baik yang bersifat umum atau khusus, seluruhnya mengarah kepada makna di atas. (Lihat Zadul Ma’ad, 4/161, cet. Muassasah Ar-Risalah) Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu berkata: “Para ulama berkata: ‘Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak memaksudkan untuk membatasi ruqyah hanya pada keduanya dan melarang dari selain keduanya. Yang beliau maksudkan adalah tidak ada ruqyah yang lebih benar dan utama daripada ruqyah karena ‘ain dan hummah karena bahaya keduanya sangat dahsyat.” (Syarh Shahih Muslim 14/177, cet. Al-Maktab Ats-Tsaqafi) Syarat-syarat Ruqyah Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullahu berkata: “Para ulama telah bersepakat tentang bolehnya ruqyah ketika terpenuhi tiga syarat: 1. Menggunakan Kalamullah atau nama-nama dan sifat-Nya. 2. Menggunakan lisan (bahasa) Arab atau yang selainnya, selama maknanya diketahui. 3. Meyakini bahwa ruqyah tidak berpengaruh dengan sendirinya, namun dengan sebab Dzat Allah Subhanahu wa Ta'ala. Mereka berselisih mengenai tiga hal di atas bila dijadikan sebagai syarat. Yang kuat adalah pendapat yang mengharuskan untuk memenuhi tiga syarat yang disebutkan.” (Fathul Bari, 10/237) Dengan penjelasan di atas, berarti segala ruqyah yang tidak memenuhi tiga syarat itu tidak diperbolehkan. Jika kita rinci, ada tiga jenis ruqyah yang tidak diperbolehkan: 1. Ruqyah yang mengandung permohonan bantuan dan perlindungan kepada selain Allah Subhanahu wa Ta'ala. Ruqyah-ruqyah seperti ini sering dipakai oleh para dukun, tukang sihir, dan paranormal. Mereka memohon bantuan dan perlindungan dengan menyebut nama-nama jin, malaikat, nabi, dan orang shalih. Terkadang mereka melakukan kesyirikan ini dengan kedok agama. Banyak orang awam yang terkecoh dengan penampilan sebagian mereka yang memakai atribut agama. Padahal ruqyah yang mereka lakukan dan ajarkan berbau mistik serta sarat dengan kesyirikan. 2. Ruqyah dengan bahasa ‘ajam (non Arab) atau sesuatu yang tidak dipahami maknanya. Mayoritas ruqyah yang berbahasa ‘ajam mengandung penyebutan nama-nama jin, permintaan tolong kepada mereka, dan sumpah dengan nama orang yang mengagungkannya. Oleh karena itu, para setan segera menyambut dan menaati orang yang membacanya. Keumuman ruqyah yang tersebar di tengah manusia dan tidak menggunakan bahasa Arab banyak mengandung syirik. Demikian yang ditegaskan oleh Syaikhul Islam. (Lihat Majmu’ Al-Fatawa, 19/13-16) Asy-Syaikh Hafizh Al-Hakami berkata: “Adapun ruqyah yang tidak memakai lafadz-lafadz Arab, tidak diketahui maknanya, tidak masyhur, dan tidak didapatkan dalam syariat sama sekali, maka bukanlah perkara yang datang dari Allah Subhanahu wa Ta'ala dan tidaklah berada dalam naungan Al-Quran dan As-Sunnah. Bahkan hal itu merupakan bisikan setan kepada para walinya. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: وَإِنَّ الشَّيَاطِيْنَ لَيُوْحُوْنَ إِلَى أَوْلِيَائِهِمْ لِيُجَادِلُوْكُمْ “Dan sesungguhnya para setan mewahyukan kepada wali-wali mereka untuk mendebat kalian.” (Al-An’am: 121) Ruqyah semacam inilah yang dimaksud Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sabdanya: إِنَّ الرُّقَى وَالتَّمَائِمَ وَالتِّوَلَةَ شِرْكٌ “Sesungguhnya segala ruqyah, tamimah, dan tiwalah adalah syirik.” Hal itu karena orang yang mengucapkannya tidak mengetahui apakah ruqyahnya menggunakan nama-nama Allah Subhanahu wa Ta'ala, para malaikat, atau para setan. Dia pun tidak mengetahui apakah di dalamnya terdapat kekafiran atau keimanan, kebenaran atau kebatilan, kemanfaatan atau marabahaya, dan apakah itu ruqyah atau sihir. Demi Allah, mayoritas manusia benar-benar tenggelam dalam berbagai malapetaka ini. Mereka menggunakannya dengan bentuk yang cukup banyak dan jenis yang beraneka ragam….” (Ma’arijul Qabul, 1/406, cet. Darul Hadits) Sebagian kalangan membolehkan setiap ruqyah, walaupun maknanya tidak diketahui, asalkan terbukti memberi kemanfaatan. Mereka berdalil dengan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada keluarga ‘Amr bin Hazm sewaktu mereka bertanya tentang ruqyah: مَا أَرَى بَأْسًا، مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يَنْفَعَ أَخَاهُ فَلْيَفْعَلْ “Aku lihat tidak mengapa. Barangsiapa yang mampu memberi manfaat bagi saudaranya hendaklah dia lakukan.” Tetapi pendapat mereka ini terbantah dengan hadits ‘Auf bin Malik Al-Asyja’i. Dia meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: اعْرِضُوْا عَلَيَّ رُقَاكُمْ لاَ بَأْسَ بِالرُّقَى مَا لَمْ يَكُنْ فِيْهِ شِرْكٌ “Perlihatkan kepadaku ruqyah-ruqyah kalian. Tidak mengapa kalian menggunakan ruqyah-ruqyah itu selama tidak mengandung syirik”. Hadits ‘Auf ini menunjukkan dilarangnya seluruh ruqyah yang mengarah kepada kesyirikan. Setiap ruqyah yang tidak dimengerti maknanya, tidak dirasa aman, akan membawa kepada syirik. Sehingga setiap ruqyah yang tidak dimengerti maknanya dilarang dalam rangka berhati-hati. (Lihat Fathul Baari, 10/237) 3. Ruqyah yang diyakini bahwa pelakunya bisa menyembuhkan dengan sendirinya tanpa kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Tentu yang demikian ini bertentangan dengan ajaran tauhid. Karena ruqyah merupakan sebab, berarti pelaku ruqyah adalah pelaku sebab. Peruqyah ibarat dokter, sedangkan ruqyah ibarat obat. Obat adalah sebab dan dokter adalah pelaku sebab. Adapun pencipta sebab adalah Allah Subhanahu wa Ta'ala. Suatu sebab akan bermanfaat jika dikehendaki oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dahulu bangsa jahiliyah meyakini bahwa ruqyah dipastikan berpengaruh dengan sendirinya. Oleh karena itu mereka sangat mengagungkan ruqyah dan pelakunya. Ini merupakan syirik kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Seorang hamba diperintahkan untuk menjalani sebab untuk mendapatkan akibat. Namun hatinya tidak boleh bergantung kepada selain Allah Subhanahu wa Ta'ala, karena Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah Pencipta segala sebab dan akibat. Di tangan-Nya seluruh kekuasaan langit dan bumi. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: مَا يَفْتَحِ اللهُ لِلنَّاسِ مِنْ رَحْمَةٍ فَلاَ مُمْسِكَ لَهَا وَمَا يُمْسِكْ فَلاَ مُرْسِلَ لَهُ مِنْ بَعْدِهِ “Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu.” (Fathir: 2) وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللهُ بِضُرٍّ فَلاَ كَاشِفَ لَهُ إِلاَّ هُوَ “Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri.” (Al-An’am: 17) Seorang hamba hendaknya mengharapkan kesembuhan hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan hanya bergantung kepada-Nya tatkala melakukan ruqyah. Sifat-sifat Peruqyah dan Pasiennya Ruqyah merupakan perkara yang disyariatkan. Tentunya seorang peruqyah perlu memperhatikan rambu-rambu syariat dalam meruqyah. Sehingga dia tidak ngawur dan melanggar syariat Allah Subhanahu wa Ta'ala. Hendaknya dia memiliki kriteria sebagai berikut: a. Ikhlas kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam setiap ucapan dan perbuatannya. Semestinya dia bertauhid kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam seluruh ibadahnya tanpa sedikit pun berbuat syirik kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Jika meruqyah, hendaknya mengikhlaskan permintaan tolong dan perlindungannya hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk menggapai kemanfaatan dari ruqyah yang dia lakukan. b. Memiliki ilmu syar’i tentang ruqyahnya. Seharusnya dia mengetahui bahwa ruqyah yang digunakannya termasuk yang disyariatkan. Hendaknya dia mengambil ruqyahnya dari Al-Qur`an, As-Sunnah, dan doa-doa yang ma’ruf. Jika dia tidak mengetahui ruqyahnya disyariatkan atau tidak, semestinya bertanya kepada orang yang berilmu. Bila dia seorang yang bodoh, bukan ahlul ilmi, dan tidak mampu untuk menelaah ruqyah yang digunakan atau ditinggalkannya, berarti ini merupakan tanda bahwa dia tidak bisa. Dia tidak diperbolehkan bahkan tidak pantas diberi kesempatan untuk meruqyah. c. Bertujuan untuk memberi kemanfaatan kepada orang lain. Sudah seharusnya dia bertujuan dengan ruqyahnya itu untuk memberi kemanfaatan kepada saudaranya yang membutuhkan. Ini adalah sifat yang mulia dan dianjurkan. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Jabir radhiallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يَنْفَعَ أَخَاهُ فَلْيَفْعَلْ “Barangsiapa di antara kalian yang mampu memberi kemanfaatan bagi saudaranya maka hendaknya dia lakukan.” Memberi kemanfaatan kepada saudara kita yang membutuhkan atau sakit adalah perbuatan baik, yang sangat dituntut sesama hamba Allah Subhanahu wa Ta'ala. Hamba yang paling dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah seorang yang paling bermanfaat bagi hamba-hamba-Nya. d. Membuat orang yang diruqyah hanya bergantung kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Bila meruqyah, seharusnya dia tidak membuat orang yang diruqyah bergantung kepada dirinya. Jika dia telah sering meruqyah orang lain sampai sembuh, maka tidak perlu dia menceritakannya kepada yang akan diruqyah, sehingga tidak menimbulkan keyakinan yang salah terhadap dirinya. Sepantasnya dia menanamkan kepada orang yang akan diruqyah bahwa yang mampu menyembuhkan adalah Allah Subhanahu wa Ta'ala semata. Adapun ruqyah adalah sebab, demikian pula dirinya bukan pencipta akibat. Namun sangat disayangkan, kebanyakan peruqyah membuat orang yang diruqyah merasa yakin terhadap dirinya seolah-olah dialah yang menyembuhkan. Dalam hal ini korban yang paling banyak adalah para wanita dan orang-orang yang bodoh. e. Khusyu’, tunduk, dan merendahkan diri hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Ini adalah kelanjutan dari pembahasan yang sebelumnya. Seharusnya dia tidak membesar-besarkan dirinya di hadapan orang yang akan diruqyah. Sebagaimana dia juga tidak merasa besar terhadap dirinya sendiri. Niatnya adalah memberi kemanfaatan kepada orang lain dengan seizin Allah Subhanahu wa Ta'ala, bukan untuk merasa besar dan membesar-besarkan diri. Sehingga dia tidak membuat manusia bergantung kepada dirinya, tetapi kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan menggunakan dzikir dan wirid-wirid yang disyariatkan di dalam As-Sunnah. f. Menghindarkan diri dari celah-celah dosa dan fitnah. Seharusnya dia tidak mengikuti langkah-langkah setan yang bisa menggelincirkannya ke dalam kubangan dosa dengan alasan ruqyah. Terlebih lagi bila yang diruqyah adalah wanita. Seringkali setan menggunakan kesempatan ini untuk menjatuhkan peruqyah ke dalam dosa. Misalnya, setan menggodanya untuk berkhalwat (berduaan) dengan wanita yang diruqyah padahal bukan mahramnya. Atau menggodanya untuk menyentuh bagian tubuh wanita itu dengan tangannya, dengan alasan agar ruqyahnya lebih manjur, dsb. Oleh karena itu, banyak dari kalangan peruqyah yang rusak agamanya setelah terlibat dalam dunia ruqyah. (Lihat transkrip ceramah Asy-Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alus-Syaikh hal. 7-8) Insya Allah nanti akan kita jelaskan praktek-praktek ruqyah yang menyimpang supaya kaum muslimin tidak mudah diperdaya oleh para peruqyah gadungan yang melanggar syariat Allah Subhanahu wa Ta'ala. Adapun orang yang diruqyah hendaknya memiliki kriteria sebagai berikut: a. Memperbesar harapannya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam meminta pertolongan dan perlindungan. Karena Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللهُ بِضُرٍّ فَلاَ كَاشِفَ لَهُ إِلاَّ هُوَ وَإِنْ يَرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلاَ رَادَّ لِفَضْلِهِ يُصِيْبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَهُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ “Jika Allah menimpakan kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya.” (Yunus: 107) وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللهُ بِضُرٍّ فَلاَ كَاشِفَ لَهُ إِلاَّ هُوَ وَإِنْ يَمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ وَهُوَ الْحَكِيْمُ الْخَبِيْرُ “Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dan Dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.” (Al-An’aam: 17-18) وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِيْنِ “Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku.” (Asy-Syu’ara`: 80) b. Meninggalkan rasa was-was. Seharusnya dia tidak mengikuti rasa was-was yang muncul pada dirinya, karena hal itu berasal dari setan. Bila dia larut dalam rasa was-was itu, justru secara tidak langsung dia telah membantu setan untuk lebih menguasai dirinya. Karena itulah kita melihat kebanyakan orang yang tertimpa oleh penyakit was-was gampang dimasuki oleh jin atau terkena penyakit lainnya. Di samping itu, orang yang dihantui perasaan was-was akan membayangkan hal-hal yang bersifat halusinasi, sehingga dia akan semakin lemah dan bertambah penyakitnya baik secara kualitas maupun kuantitas. Maka wajib atas orang yang memiliki was-was untuk memperkuat tawakalnya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan menjalani berbagai sebab yang disyariatkan guna menyembuhkan penyakitnya. Demikian pula, hendaknya dia melawan segala rasa was-was itu dan tidak mengikutinya dengan cara berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. c. Mempelajari wirid, bacaan, dan doa-doa yang disyariatkan. Seharusnya dia tidak selalu menggunakan orang lain dalam meruqyah dirinya. Hendaknya dia mulai menanamkan keyakinan bahwa dirinya mampu untuk meruqyah sendiri tanpa membutuhkan orang lain. Kemudian dia bersungguh-sungguh mempelajari wirid, bacaan, dan doa-doa yang disyariatkan untuk dipakai meruqyah dirinya sendiri. Ruqyah-ruqyah yang dipelajarinya itu sangat bermanfaat guna mengobati atau membentengi dirinya dari berbagai gangguan setan dan penyakit. Untuk meruqyah dirinya, dia bisa membaca seperti surat Al-Fatihah, Al-Ikhlash, Al-Falaq, An-Naas, Ayat Kursi, dan yang lainnya. Dia bisa membaca ruqyah-ruqyah itu sebelum tidur, di pagi dan sore hari, setelah shalat wajib, atau waktu-waktu lain sesuai dengan yang dituntunkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Wirid-wirid yang dibacanya itu ibarat baju atau besi yang dipakai untuk membentengi dari beragama bahaya. Wirid-wirid itu adalah sebab yang bermanfaat untuk melindungi dirinya. Sedangkan pemberi manfaat dan penolak bahaya yang sebenarnya adalah Allah Subhanahu wa Ta'ala. (Ibid, hal. 8) Bacaan dan Tata Cara Ruqyah Tentunya bacaan dan wirid terbaik untuk meruqyah adalah kalam Pencipta, Pemilik dan Pengatur alam semesta ini. Menggunakan kalam-Nya dalam meruqyah mengandung keberkahan Ilahi yang tak terkira. Ketika seorang peruqyah mengharapkan kesembuhan hanya dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka sangat tepat dan utama bila dia menggunakan Kalamullah. Ucapan Allah Subhanahu wa Ta'ala yang berupa Al-Qur`an sendiri memang diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala sebagai penyembuh dari segala jenis penyakit. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُوْرِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِيْنَ “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepada kalian pelajaran dari Rabb kalian dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Yunus: 57) وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَلاَ يَزِيْدُ الظَّالِمِيْنَ إِلاَّ خَسَارًا “Dan Kami turunkan dari Al-Qur`an sesuatu yang menjadi penyembuh dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Al-Isra`: 82) قُلْ هُوَ لِلَّذِيْنَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ “Katakanlah: ‘(Al-Qur`an) itu adalah petunjuk dan penyembuh bagi orang-orang yang beriman’.” (Fushshilat: 44) Alam semesta ini adalah ciptaan, milik, dan aturan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Tidak ada satu kekuatan pun yang mampu berhadapan dengan kemahakuasaan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Para malaikat pingsan dan tersungkur sujud tatkala mendengar firman-firman Allah Subhanahu wa Ta'ala di atas langit sana. Sedangkan langit-langit bergemuruh dengan dahsyat karena takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sebagaimana hal ini telah dikabarkan oleh Rasul yang jujur lagi dibenarkan ucapannya, yaitu Nabi kita Muhammad SAW.

Minggu, 18 November 2012

Contoh Kaligrafi

http://www.mediafire.com/view/?w8ybmr0rlal1h3z

masalAh global

http://www.mediafire.com/view/?4ez6871g5k0lp56

Tempelate manchunian

http://www.mediafire.com/?laon9w3ov6yvt4c

Masalah lingkungan

http://www.mediafire.com/view/?4ez6871g5k0lp56

Kimia Air 2

http://www.mediafire.com/?3jm38yzrc16v70f

kimia air 1

http://www.mediafire.com/?05w21exlysj32m8

Kimia Atmosfer

http://www.mediafire.com/?rqhadj2c602efha

plants vs zombies

http://www.mediafire.com/?c99sqp5oa9ynfw4

Install_virtual DJ...

http://www.mediafire.com/?x9hx1ysn317mxvd

Camfrog_setup

http://www.mediafire.com/?p2l8r559n7wcaar

Sabtu, 17 November 2012

Silabus IPS SD kls VI

http://www.mediafire.com/view/?yoo7up9o8vv3oxz

RPP IPS

http://www.mediafire.com/?ehwks78h4lqkugt,ogpddf6d6986or7,pzp22t7pbz566c6

Tempelate Sport

http://www.mediafire.com/?s6x334ct47dkm6m

PDF_Downloader

http://www.mediafire.com/?syjbvbjeg2zvykw

Chrome_instalter

http://www.mediafire.com/?ruds704wv5joh8w

My Film

http://www.mediafire.com/?r29rxoa5d927qmq

Minilyrics

http://www.mediafire.com/?9i7lxxq75qz5v2e

Winamplirycs

http://www.mediafire.com/?9z4ia9yjob55dmd

Mp3 Cutter

http://www.mediafire.com/?m0bywnaqmla85xc

Penjernihan Air

http://www.mediafire.com/view/?84s0n0axxugo4n9

VSO Downloader

http://www.mediafire.com/?f9qxkf3yj9v58w8

VSO Downloader

Firefox_Setup

http://www.mediafire.com/?fdc8crq112mdcr7

TERARIUM (AQUARIUM KERING)

Kamis, 15 November 2012

Makalah Filsafat tentang Etika Ilmu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu berupaya mengungkapkan realitas sebagaimana adanya, sedangkan moral pada dasarnya adalah petunjuk tentang apa yang seharusnya dilakukan manusia. Hasil-hasil kegiatan keilmuan memberikan alternatif untuk memberikan keputusan politik dengan berkiblat pada pertimbangan moral. Ilmiuan memiliki tanggung jawab profesional, khususnya di dunia ilmu dan dalam masyarakat ilmuan itu sendiri serta mengenai metodologi yang dipakainya. Ilmuan juga memikul tanggung jawab sosial yang bisa dibedakan atas tanggung jawab legal yang formal sifatnya, dan tanggung jawab moral yang lebih luas cakupannya. Agar mendapatkan pengertian yang jelas mengenai kaitan antara ilmu dan moral, maka kajiannya harus didekati dari ketiga komponen tiang penyangga tubuh pengetahuan, yakni ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Namun sebelum sampai pada ketiga pendekatan tersebut, dibahas dahulu mengenai etika, moral, norma, dan kesusilaan, kemudian pengertian dan ciri-ciri ilmu. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut. 1. Apa yang dimaksud etika,moral, norma dan kesusilaan? 2. Bagaimana problema etika ilmu pengetahuan? 3. Apakah ilmu bebas nilai atau tidak bebas nilai? 4. Apa yang dimaksud pendekatan ontologis? 5. Apa yang dimaksud pendekatan epistemologi? 6. Apa yang dimaksud pendekatan Aksiologi? 7. Apa saja sikap ilmiah yang dimiliki ilmuan? C. Tujuan Untuk mengetahui secara mendetail mengenai Etika Keilmuan. D. Manfaat 1. Dapat menambah wawasan mengenai Etika Keilmuan. 2. Dapat menambah pengetahuan penulis dalam menulis karya ilmiah. BAB II PEMBAHASAN A. Antara Etika, Moral, Norma dan Kesusilaan Etika secara etimologi berasal dari kata yunani ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Secara terminologi etika adalah cabang filsafat yang mebicarakan tingkah laku atauperbuatanmanusia dalam hubungannya dengan baik buruk. Yang dapat dinilai baik buruk adalah sikap manusia yaang menyangkut perbuatan, tingkah laku, gerakan-gerakan, kata-kata, dan sebagainya. Adapun motif , watak, suara hati sulit untuk dinilai. Perbuatan atau tingkah laku yang dikerjakan dengan kesadaran sajalah yang dapat dinilai, sedangkan yang dikerjakan dengan tidak sadar tidak dapat dinilai baik buruk. Menurut Sunoto (1982) etika dapat dibagi menjadi etika deskriptif dan etika normatif. Etika deskriptif hanya melukiskan, menggambarkan, menceritakan apa adanya, tidak memberikan penilaian, tidak mengajarkan bagaimana seharusnya berbuat. Contohnya sejarah etika. Adapun etika normatif sudah memberikan penilaian yang baik dan yang buruk, yang harus di kerjakan dan yang tidak. Etika normatif dapat dibagi menjadi etika umum dan etika khusus. Etika umum membicarakan prinsip-prinsip umum, seperti apakah nilai, motifasi suatu perbuatan, suara hati dan sebagainya. Etika khusus adalah prinsip-prinsip umum, seperti etika pergaulan, etika dalam pekerjaan, dan sebagainya. (Sunoto, 1982, hlm. 6) Moral berasal dari kata latin mos jamaknya mores yang berarti adat atau cara hidup. Etika dan moral sama artinya, tetapi dalam penilaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral dan atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai. Adapun etika dipakai untuk pengkajian sistem nilai yang ada. Frans Magnis Suseno (1987) membedakan ajaran moral dan etika. Ajaran moral adalah ajaran, wejangan, khotbah, peraturan lisan atau tulisan tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar ia menjadi manusia yang yang baik. Sumber langsung ajaran moral adalah berbagai orang dalam kedudukan yang berwenang, seperti orang tua dan guru, para pemuka masyarakat, dan agama dan tulisan para bijak. Etika bukan sumber tambahan bagi ajaran moral, tetapi filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran dan pandangan moral. Etika adalah sebuah ilmu dan bukan sebuah ajaran. Jadi, etika dan ajaran moral tidak berada di tingkat yang sama. Yang mengatakan bagaimana kita harus hidup, bukan etika melainkan ajaran moral. Etika mau mengerti ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita dapat mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengangan berbagai ajaran moral. (Frans Magnis Suseno, 1987, hlm. 14) Norma adalah alat tukang kayu dan tukang batu yang berupa segitiga. Kemudian norma berarti sebuah ukuran. Pada perkembangannya norma diartikan garis pengarah atau suatu peraturan. Misalnya dalam suatu masyarakat pasti berlaku norma umum, yaitu norma sopan santun, norma hukum, dan norma moral. Leibniz seorang filsuf pada zaman Modern berpendapat bahwa kesusilaan adalah hasil suatu “menjadi” yang terjadi didalam jiwa. Perkembangan dari nafsu alamiah yang gelap sampai pada kehendak yang sadar, yang berarti sampai pada kesadaran kesusilaan yang telah tumbuh lengkap, disebabkan oleh aktifitas jiwa sendiri. Segala perbuatan kehendak kita sejak semula telah ada. Apa yang benar-benar kita kehendaki telah terkandung sebagai benih di dalam nafsu alamiah yang gelap. (Harun Hadiwijono, 1990, hlm. 44-45) Oleh karena itu, tugas kesusilaan pertama ialah meningkatkan perkembangan itu dalam diri manusia sendiri. Kesusilaan hanya berkaitan dengan batin kita. Akibat pandangan itu orang hanya dapat berbicara tentang kehendak yang baik dan jahat. Kehendak baik ialah jika perbuatan kehendak mewujudkan suatu bagian dari perkembangan yang sesuai dengan gagasan yang jelas dan aktual. Kehendak jahat ialah jika perbuatan kehendak diikat oleh gagasan yang tidak jelas. Menurut filsuf Herbert Spencer, pengertian kesusilaan dapat berubah, di antara bangsa berbagai pengertian kesusilaan sama sekali berbeda-beda. Pada saman negara militer, kebajikan keprajuritanlah yang dihormati, sedang pada saman negara industri hal itu dianggapp hina. Hal ini disebabkan oleh kemakmuran yang dialami pada saman industri bukan didasarkan atas perampasan dan penaklukan, melainkan atas kekuatan berproduksi. B. PROBLEM ETIKA ILMU PENNGETAHUAN Penerapan dari ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan dimensi etis sebagai pertimbangan dan kadang-kadang mempunyai pengaruh pada proses perkembangan lebih lanjut ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanggung jawab etis, merupakan sesutu yang menyangkut kegitan maupun penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam hal ini berarti ilmuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi harus memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia, menjaga keseimbangan ekosistem, bertanggung jawab pada kepentingan umum, kepentingan generasi mendatang, dan bersifat universal, karena pada dasarnya ilmu pengetahuan dan teknologi adalah untuk mengembangkan dan memperkokoh eksistensi manusia bukan untuk menghancurkan eksistensi manusia. Tanggung jawab ilmu pengetahuan dan teknologi menyangkut juga tanggung jawab terhadap hal-hal yang akan dan telah diakibatkan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa-masa lalu, sekarang maupun apa akibatnya bagi masa depan berdasar keputusan bebas manusia dalam kegitannya. Penemuan-penemuan baru dalam ilmu pengetahuan teknologi terbukti ada yang dapat mengubah sesuatu aturan baik alam maupun manusia. Hal ini tentu saja menuntup tanggung jawab untuk selalu menjaga agar apa yang diwujudkannya dalam perubahan tersebut akan merupakan perubahan yang terbaik bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri maupun bagi perkembangan eksistensi manusia secara utuh. (Achmad Charris Zubair, 2002) Tanggung jawab etis tidak hanya menyangkut mengupayakan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi secara tepat dalam kehidupaan manusia. Akan tetapi, harus menyadari juga apa yang seharusnya dikerjakan atau tidak dikerjakan untuk memperkokoh kedudukan serta martabat manusia yang seharusnya, baik dalam hubungannya sebagai pribadi , dalam hubungan dengan lingkungannya maupun sebagai makhluk yang bertanggung jawab terhadap khaliknya. Jadi sesuai dengan pendapat Van Meslen (1985) bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan menghambat ataupun meningkkatkan keberadaan manusia tergantung pada manusianya itu sendiri, karena ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan oleh manusia dan untuk kepentingan manusia dalam kebudayaannya. Kemajuan di bidang teknologi memerlukan kedewasaan manusia dalam arti sesungguhnya, yakni kedewasaan untuk mengerti mana yang layak dan yang tidak layak, yang buruk dann yang baik. Tugas terpenting ilmu pengetahuan dan teknologi adalah menyediakan bantuan agar manusia dapat bersungguh-sungguh mencapai pengertian tentang martabat dirinya. Ilmu pengetahuan dan teknologi bukan saja sarana untuk mengembangkan diri manusia saja, tetapi juga merupakan hasil perkembangan dan kreativitas manusia itu sendiri. C. ILMU : BEBAS NILAI ATAU TIDAK BEBAS NILAI Rasionalisasi ilmu pengetahuan terjadi sejak Rene Descartes dengan sikap skeptis-metodisnya meragukan segala sesuatu, kecuali dirinya yang sedang ragu-ragu (cogito ergo sum). Sikap ini berlanjut pada masa Aufklarung, suatu era yang merupakan usaha manusia untuk mencapaii pemahaman nasional tentang dirinya dan alam. Persoalannya adlah ilmu-ilmu itu berkembang dengan pesat apakah bebas nilai atau justru tidak bebas nilai. Bebas nilai yang dimaksudkan sebagaimana Josep Situmorang (1996) menyatakan bahwa bebas nilai, artinya tuntutan terhadap setiap kegiatan ilmiah agar didasarkan pada hakikat ilmu pengetahuuan itu sendiri. Paling tidak ada tiga faktor sebagai indikator bahwa ilmu pengetahuan itu bebas nilai, yaitu sebagai beriikut. 1. Ilmu harus bebas dari berbagai pengandaian, yakni bebas dari pengaruh eksternal seperti faktor politis, idiologi, agama, budaya, dan unsur kemasyarakatan lainnya. 2. Perlunya kebebeasan usaha ilmiah agar otonomi illmu pengetahuan terjamin kebebasan itu menyangkut kemungkinan yang tersedia dan penentuan diri. 3. Penelitian ilmiah tidak luput dari pertimbangan etis yang sering dituding menghambat kemajuan ilmu, karena nilai etis itu sendiri bersifat universal. Tokoh sosiologi, Weber, menyatakan bahwa ilmu sosial harus bebas nilai , tetapi ilmu-ilmu sosial harus menjadi nilai relevan. Weber tidak yakin katika para ilmuwan sosial melakukan aktivitasnya seperti mengajar atau menulis mengenai bidang ilmu sosial mereka tidak terpengaruh oleh kepentingan tertentu atau tidak bias. Nilai-nilai itu harus diimplikasikan oleh bagian-bagian praktis ilmu sosial jika praktik itu mengandung tujuan atau rasional. Tanpa keinginan melayani kepentingan segelintir orang budaya , maka ilmuan sosial tidak beralasan mengajarkan atau menulis itu semua. Suatu sikap moral yang sedemikian itu tidak mempunyai hubungan objektivitas ilmiah. (Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, 2001) Kehati-hatian Weber dalam memutuskan apakah ilmu bebas nilai atau tidak, bisa dipahami mengingat di satu pihak objektivitas merupakan ciri mutlak ilmu pengetahuan, sedang dipihak lain subjek yang mengembangkan ilmu dihadapkan pada nilai-nilai yang ikut menentukan pemilihan atas masalah dan kesimpulan yang dibuatnya. Tokoh lain Habermas sebagaiman yang ditulis oleh Rizal Mustansyir dan misnal munir (2001) berpendirian teori sebagai produk ilmiah tidak pernah bebas nilai. Pendirian ini diwarisi Habermas dari pandangan Husserl yang melihat fakta atau objek alam diperlukan oleh ilmu pengetahuan sebagai kenyataan yang sudah jadi. Fakta atau objek ini sebenarnya sudah tersusun secara spontan dan primordial dalam pengallaman sehari-hari , dalam Lebenswelt atau dunia sebagaimana dihayati. Setiap ilmu pengetahuan mengambil dari Lebenswelt sejumlah fakta yang kemudian diilmiahkan berdasarkan kepentingan praktis. Habermas menegaskan lebih lanjut bahwa ilmu pengetahuan alam terbentuk berdasarkan kepentingan teknis. Ilmu pengetahuan alam tidaklah netral, karena isinya tidak lepas sama sekali dari kepentingan praktis. Ilmu sejarah dan hermeneutika juga ditentukan oleh kepentingan praktis kendati dengan cara yang berbeda. Kepentingannya adalah memelihara serta memperluas bidang alaing pengertian antar manusia dan perbaikan komunikasi. Setiap kegiatan teoretis yang melibatkan pola subjek-subjek selalu mengandung kepentingan tertentu. Kepentingan itu bekerja pada tiga bidang, yaitu pekerjaan, bahasa, otoritas. Pekerjaan merupakan kepentingan ilmu pengetahuan alam, bahas a merupakan kepentingan ilmu sejarah dan harmeneutika, sedang otoritas merupakan kepentingan ilmu sosial. D. PENDEKATAN ONTOLOGIS Ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada. Dalam kaitan dengan ilmu, landasan ontologi mempertanyakan tentang objek apa yang telaah ilmu? Bagaimana wujud yang hakiki dari objek tersebut ? bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa, dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan? (jujun S.Suriasumantri, 1985, hlm. 34) Secara ontologi ilmu membatasi lingkup penelaahan keilmuannya hanya pada daerah–daerah yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia. Objek penalaahan yang berada dalam batas pra-pengalaman dan pasca-pengalaman diserahkan ilmu kepada pengetahuan lain. Ilmu hanya merupakan salah satu pengetahuan dari sekian banyak pengetahuan yang mencoba menelaah kehidupan dalam batas ontologis tertentu. Penetapan lingkup batas penelaahan keilmuan yang bersifat empiris ini adalah konsisten dengan asas epistemologi keilmuan yang mensyaratkan adanya verifikasi secara empiris dalam proses penemuan dan penyusunan pernyataan yang bersifat benar secara ilmiah. Dalam kaitannya dengan kaidah moral bahwa dalam menetapkan objek penelaahan, kegiatan keilmuan tidak boleh melakukan upaya yang bersifat mengubah kodrat manusia, merendahkan martabat manusia, dan mencampuri permasalahan kehidupan. Di samping itu, secara ontologis ilmu bersifat netral terhadap nilai-nilai yang bersifat dogmatik dalam menafsirkan hakikat realitas sebab ilmu merupakan upaya manusia untuk mempelajari alam sebagaimana adanya. E. PENDEKATAN EPISTEMOLOGI Epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang asal muasal, sumber, metode, struktur, dan validitas atau kebenaran pengetahuan. Dalam kaitan dengan ilmu, landasan epistemologi mempertanyakan bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Apa yang disebut kebenaran itu sendiri? Apa kriterianya? Cara atau teknik atau sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? Landasan epistemologi ilmu tercermin secara operasional dalam metode ilmiah. Pada dasarnya metode ilmiah merupakan cara ilmu memeroleh dan menyusun tubuh pengetahuannya berdasarkan: (a) kerangka pemikiran yang bersifat logis dengan argumentasi yang bersifat konsisten dengan pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil disusun, (b) menjabarkan hipotesis yang merupakan deduksi dari kerangka pemikiran tersebut, (c) melakukan verifikasi terhadap hipotesis termaksud untuk menguji kebenaran pernyataannya secara faktual. Kerangka pemikiran yang logis adalah argumentasi yang bersifat rasional dalam mengembangkan penjelasan terhadap fenomena alam. Verifikasi secara empiris berarti evaluasi secara objektif dari suatu pernyataan hipotesis terhadap pernyataan faktual. Verifikasi ini berarti bahwa ilmu terbuka untuk kebenaran lain selain yang terkandung dalam hipotesis. Demikian juga verifikasi faktual membuka diri terhadap kritik terhadap kerangka pemikiran yang mendasari pengajuan hipotesis. Kebenaran ilmiah dengan keterbukaan terhadap kebenaran baru mempunyai sifat pragmatis yang prosesnya secara berulang (siklus) berdasarkan cara berpikir kritis. Dalam kaitannya dengan moral, dalam proses kegiatan keilmuan setiap upaya ilmiah harus ditujukan untuk menemukan kebenaran, yang dilakukan dengan penuh kejujuran, tanpa mempunya kepentingan langsung tertentu dan hak hidup yang berdasarkan kekuatan argumentasi secara individual. Jadi ilmu merupakan sikap hidup untuk mencintai kebenaran dan membenci kebohongan. F. PENDEKATAN AKSIOLOGI Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai secara umum. Sebagai landasan ilmu, aksiologi mempertanyakan untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral atau profesional? Pada`dasarnya ilmu harus digunakan dan dimanfaatkan untuk kemaslahatan manusia. Dalam hal ini ilmu dapat dimanfaatkan sebagai sarana atau alat dalam meningkatkan taraf hidup manusia dengan memerhatikan kodrat manusia, martabat manusia, dan kelestarian atau keseimbangan alam. Untuk kepentingan manusia tersebut, pengetahuan ilmiah yang diperoleh dan disusun secara komunal dan universal. G. SIKAP ILMIAH YANG HARUS DIMILIKI ILMUAN Para ilmuan sebagai orang yang profesional dalam bidang keilmuan sudah barang tentu mereka juga perlu memiliki visi moral, yaitu moral khusus sebagai ilmuan. Moral inilah di dalam filsafat ilmu disebut juga sebagai sikap ilmiah. Sikap ilmiah harus dimiliki oleh setiap ilmuan. Hal ini disebabkan oleh sikap ilmiah yang merupakan suatu sikap yang diarahkan untuk mencapai pengetahuan ilmiah yang bersifat objektif. Sikap ilmiah bagi seorang ilmuan bukanlah membahas tentang tujuan dari ilmu, melainkan bagaimana cara untuk mencapai suatu ilmu yang bebas dari prasangka pribadi dan dapat dipertanggungjawabkan secara sosial untuk melestarikan keseimbangan alam semesta ini, serta dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan. Artinya, kehendak manusia selaras dengan kehendak Tuhan. Sikap ilmiah yang perlu dimiliki oleh para ilmuan menurut Abbas Hamami M., (1996) sebagai berikut. 1. Tidak adanya rasa pamrih (disinterstedness). 2. Bersikap selektif. 3. Adanya rasa percaya yang layak baik terhadap kenyataan maupun terhadap alat-alat indra serta budi (mind). 4. Adanya sikap yang berdasar pada suatu kepercayaan (believe) dan dengan merasa pasti (conviction) bahwa setiap pendapat atau teori yang terdahulu telah mencapai kepastian. 5. Adanya suatu kegiatan rutin bahwa seorang ilmuan harus selalu tidak puas terhadap penelitian yang telah dilakukan. 6. Seorang ilmuan harus memiliki sikap etis. Yang perlu diperhatikan bagi para ilmuan khususnya di Indonesia adalah sebagaimana tertuang dalam ketetapan MPR RI nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa, khususnya etika keilmuan dijelaskan bahwa etika keilmuan dimaksudkan untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, ilmu pengetahuan dan teknologi agar warga bangsa mampu menjaga harkat dan martabatnya, berpihak pada kebenaran untuk mencapai kemaslahatan dan kemajuan sesuai dengan nilai-nilai agama dan budaya.   BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Secara terminologi etika adalah cabang filsafat yang mebicarakan tingkah laku atauperbuatanmanusia dalam hubungannya dengan baik buruk. Yang dapat dinilai baik buruk adalah sikap manusia yaang menyangkut perbuatan, tingkah laku, gerakan-gerakan, kata-kata, dan sebagainya. 2. Moral dan atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai. Adapun etika dipakai untuk pengkajian sistem nilai yang ada. 3. Norma adalah alat tukang kayu dan tukang batu yang berupa segitiga. Kemudian norma berarti sebuah ukuran. Pada perkembangannya norma diartikan garis pengarah atau suatu peraturan. 4. Tugas kesusilaan pertama ialah meningkatkan perkembangan itu dalam diri manusia sendiri. Kesusilaan hanya berkaitan dengan batin kita. 5. Tanggung jawab ilmu pengetahuan dan teknologi menyangkut juga tanggung jawab terhadap hal-hal yang akan dan telah diakibatkan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa-masa lalu, sekarang maupun apa akibatnya bagi masa depan berdasar keputusan bebas manusia dalam kegitannya.   DAFTAR PUSTAKA Suhartono, Suparlan. 2008. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Surajiyo. 2008. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara Syafiie, Inu Kencana. 2010. Pengantar Filsafat. Bandung: PT Refika Aditama

sanitasi lingkungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sanitasi lingkungan saat ini merupakan masalah dunia yang menjadi agenda pokok WHO. Untuk memenuhi target Millenium development Goals (MDG), diestimasikan lebih dari dua milyar orang membutuhkan sanitasi yang baik hingga tahun 2015. Laporan terbaru WHO dan UNICEF seperti yang ddilansir oleh situs resmi WHO menyebutkan perbaikan sanitasi lingkungan dapat mengurangi 5.000 kematian tiap hari akibat diare, flu burung SARS terutama yang menyangkut masalah sampah. Persoalan sampah di Indonesia, khususnya di berbagai kota besar, mulai terasa memberikan gangguan dan dampak lingkungan yang merugikan. Keterbatasan kemampuan pengumpulan dan pengangkutan sampah, ketidaktersediaan lahan untuk Lokasi Pemusanahan Akhir (LPA), belum ditemukannya teknologi alternatif yang sesuai, bahkan hingga masalah yang paling mendasar yaitu minimnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan sampah, merupakan penyebab ketidakberesan penataan sistem persampahan di berbagai kota besar di indonesia saat ini (Sandhieb, 2007). Permasalahan yang paling sering ditemui di masyarakat perkotaan adalah permasalahn sampah. Permasalahan yang dihadapi seperti pengelolaan sampah yang tidak ada ujung penyelesaiaannya, tersumbatnya air akibat tumpukan sampah, berbagai penyakit yang dibawanya. Penyebab timbulnya permasalahan sampah salah satunya ialah perilaku masyarakat dalam membuang sampah. Saat ini masyarakat menganggap bahwa kebiasaan membuang sampah sembarangan sebagai perilaku yang wajar. Perilaku tersebut menyangkut kebiasaan seseorang sehingga perlu adanya pembinaan secara intensif dan efisien. (Research Study Club, 2007) Salah satu faktor yang menyebabkan sampah belum bisa teratasi dengan baik adalah karena belum adanya kesadaran sebagian masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya, salah satu alasan mengapa warga membuang sampah dikali adalah karena tidak adanya tempat pembuangan sampah yang dekat dengan rumah mereka, warga meminta agar pihak pemerintah kota menyediakan kontainer/bak-bak sampah yang dekat dengan lokasi pemukiman warga dan yang lebih penting lagi, petugas sampah harus rutin dalam mengambil dalam mengambil sampah-sampah itu (Mahfud, RN, 2008). Sementara itu, wajar saja bila sampah masih berserakan dimana-mana dikota ini. Pasalnya, sarana dan prasarana untuk mendukung penciptaan lingkungan bersih masih sangat minim. Seperti keberadaan kontainer sampah, jumlahnya masih sangat kurang, akibat kurangnya kontainer sampah yang ditempatkan di kelurahan dan kecamatan, membuat masyarakat membuang sampah bukan lagi pada tempatnya, ditambah lagi dengan perilaku buruk masyarakat dalam membuang sampah, hal tersebut tentunya berkaitan dengan pengetahuan, sikap dan tindakan yang dimiliki masyarakat tersebut. Faktor ini yang kemudian menjadi hambatan utama dalam mewujudkan kebersihan lingkungan. Saat ini misalnya, dari pihak Kantor Dinas Kebersihan Kota Makassar menyatakan dari sekitar 3.700 kubik produk sampah warga Kota Makassar setiap harinya, masih terdapat lebih 400 kubik sampah yang tak dapat diangkut dari TPS-TPS ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) oleh pihak petugas Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Makassar. Kendalanya, dalam analisis masalah oleh berbagai pihak, lantaran Kota Makassar masih kekurangan sekitar 100-an unit mobil pengangkut sampah. Demikian pula masih dibutuhkan tambahan sekitar 200-an tenaga kebersihan untuk dapat mengatasi pengangkutan produk sampah warga Kota Makassar yang mencapai sekitar 3.700 kubik setiap hari. Kekuatan armada angkutan Dinas Kebersihan Kota Makasaar saat ini hanya lebih dari 130 unit, di antaranya ada yang sebenarnya sudah tak layak operasi. Sedangkan tenaga/petugas kebersihan yang dimiliki lebih dari 400-an orang. Berbagai keterbatasan yang ada ini, tak ayal membuat masyarakat bermasa bodoh yang akhirnya membuang sampah pada sembarang tempat, yang mengganngu keindahan dan kenyamanan kota. Berdasarkan hasil pengamatan awal mengenai pengelolaan sampah pada masyarakat di Kelurahan Tidung yang kadang masih membuang sampah seenaknya, maka calon peneliti merasa tertarik untuk meneliti mengenai pengelolaan sampah pada masyarakat di Kelurahan Tidung yang mencakup tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sampah di Keluarahan Tidung Kota Makassar Propinsi Sulawesi Selatan. 2. Bagiman gambaran sikap masyarakat dalam pengelolaan sampah di Keluarahan Tidung Kota Makassar Propinsi Sulawesi Selatan. 3. Bagaimana gambaran perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah di Keluarahan Tidung Kota Makassar Propinsi Sulawesi Selatan. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran pengelolaan sampah pada masyarakat di Keluarahan Tidung Kota Makassar Propinsi Sulawesi Selatan tahun 2008. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sampah b. Untuk mengetahui gambaran sikap masyarakat dalam pengelolaan sampah c. Untuk mengetahui gambaran tindakan masyarakat dalam pengelolaan sampah D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Ilmiah Penelitian ini diharapkan dapat menjadi khasanah ilmu pengetahuan di bidang sanitasi lingkungan. 2. Manfaat Institusi Penelitaian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pemerintah Kota Makassar pada umumnya dan Kelurahan Tidung pada khususnya untuk memperhatikan dan meninghkatkan sanitasi lingkungan, khususnya masalah sampah. 3. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan menjadi pengalaman berharga bagi peneliti dalam mengaplikasikan ilmunya dan mengembangkan dibidang sanitasi lingkungan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Perilaku Membuang Sampah Secara lebih profesional, perilaku dapat diartikan sebagai suatu respon seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek, dimana respon tersebut dapat berbentuk pasif maupun aktif. Pada garis besarnya perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek yaitu aspek fisik, psikis, dan sosial. Akan tetapi dari ketiga aspek tersebut sulit untuk ditarik garis yang tegas dalam mempengaruhi perilaku manusia. Karena perilaku manusia merupakan refleksi diri dari berbagai gejala kejiawaan seperti pengetahuan, keinginan, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya. Hidup sehat merupakan idaman bagi setiap masyarakat namun didalam masyarakat itu sendiri adapula suatu perilaku yang merugikan kesehatan masyarakat tersebut. WHO menganggap ini perilaku yang merugikan kesehatan itu adalah “Man Made Pathogenic Agent”. Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan memperngaruhi kesehatan individu kelompok atau masyarakat (Blum: 1974). Oleh sebab itu dalam rangka membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau upaya yang ditujukan kepada faktor perilaku ini sangat startegis. Merubah perilaku yang merugikan kesehataan itu diperlukan persepsi yang disadari oleh kesamaan pengetahuan, pengalaman, dan sebagainya. Penyebab timbulnya permasalahan sampah satunya ialah perilaku atau cara masyarakat dalam mebuang sampah. Saat ini masyarakat menganggap bahwa kebiasaan membuang sampah sembarangan sebagai perilaku yang wajar. Perilaku tersebut menyangkut kebiasaan seseorang sehingga perlu adanya pembinaan secara intensif dan efisien. B. Tinjauan Umum Tentang Sampah 1. Pengertian Sampah Sampah adalah suatu bahan atau benda yang sudah tidak dapat dipakai lagi oleh manusia atau benda yang sudah dipakai manusia dan dibuang (Soekidjo Notoatmodjo, 1997). Sampah adalah suatu bahan yang sudah tidak berguna, tidak digunakan ataupun yang terbuang yang dapat dibedakan menjadi sampah medis dan non medis dan dikategorikan sampah radioaktif, sampah infeksius, sampah citoktosin dan sampah umum (domestik) Para ahli kesehatan masyarakat membuat batasan sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya (Indrawati, 2001). Sampah menurut ilmu kesehatan lingkungan (refuse) adalah sebenarnya hanya sebagian dari benda atau hal-hal yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau harus dibuang sedimikian rupa sehingga tidak mengganggu kelangsungan hidup. 2. Jenis-jenis Sampah Jenis-jenis sampah (Dainur, 1995) sebagai berikut: a. Menurut Asalnya: 1. Sampah buangan rumah tanggam, termasuk sampah sisa bahan makanan, sisa pembungkus makanan dan pembungkus perabotan rumah tangga, sampah sisa tumbuhan kebun dan sebagainya. 2. Sampah buangan pasar dan tempat-tempat umum (warung, toko, dan sebagainya) termasuk sisa makanan, sampah pembungkus makanan dan lain-lain. 3. Sampah buangan jalanan, termasuk diantaranya sampah berupa debu jalan, sampah sisa tumbuhan taman, sampah pembungkus bahan makanan, sampah berupa kotoran hewan dan sebagainya. 4. Sampah industri, termasuk diantaranya air limbah, sisa bahan baku, bahan jadi dan sebagainya. b. Menurut Jenisnya 1. Sampah Organik, misalnya sisa bahan makanan, sisa makanan. Keseluruhan dikenal sebagai sampah buangan rumah tangga dan juga sampah pasar. 2. Sampah Anorganik, misalnya berbagai jenis sisa gelas, logam, plastik. Biasanya jenis ini terbagi atas sampah yang dapat dihancurkan dan yang tak dapat dihancurkan oleh microorganisme. Umumnya sampah yang dapat dihancurkan termasuk sampah anorganiuk. c. Menurut sifat fisiknya 1. Sampah kering, yaitu sampah yang dapat dimusnahkan dengan dibakar. Misalnya kertas, sisa makanan, plastik. 2. Sampah basah, yaitu sampah yang karena sifat fisiknya sukar dikeringkan untuk dibakar. Kebanyakan sampah dapur tergolong sampah basah yang sukar dikeringkan. 3. Penanggulangan Sampah Penanggulangan sampah dengan cara mengumpulkan sampah, umumnya dapat diterima masyarakat pedesaan maupun masyarkat pedesaan maupun masyarakat kota. Sampah buangan rumah tangga dikumpulkan dalam bakul atau tempat yang kedap air. Kemudian sampah dipindahkan dalam bak sampah (tempat penampungan) sementara. Bak penampungan sementara lazimnya berkonstyruksi kuat, kedap air, tidak mudah diganggu binatang, mudah dibersihakan serta dirawat. Untuk menghindari

SANDI POLISI

SANDI ANGKA 1-1 : Hubungi per telepon 1-4 : Ingin bicara diudara (langsung) 3-3 : Penerimaan sangat jelek/orang gila 3-3L : Kecelakaan korban luka 3-3M : Kecelakaan korban material 3-3K : Kecelakaan korban meninggal 3-3KA : Kecelakaan kereta api 3-4-K : Kecelakaan, korban meninggal, pelaku melarikan diri 4-4 : Penerimaan kurang jelas 5-5 : Penerimaan baik/sehat 8-4 : Tes pesawat/penerimaannya 8-6 : Dimengerti 8-7 : Disampaikan 8-8 : Ingin berjumpa langsung 10-2 : Posisi/keberadaan 10-8 : Menuju 2-8-5 : Pemerkosaan 3-3-8 : Pembunuhan 3-6-3 : Pencurian 3-6-5 : Perampokan 8-1-0 : Pembunuhan 8-1-1 : Hidup 8-1-2 : Berita agar diulangi (kurang jelas) 8-1-3 : Selamat bertugas 8-1-4 : Laporan/pembicaraan terlalu cepat 8-1-5 : Cuaca 8-1-6 : Jam/waktu 8-1-9 : Situasi SANDI HURUF Taruna : Berita Gelombang : Jam/waktu Semut : Pelajar Lalat : Mahasiswa Pangkalan : Rumah/kediaman Cangkulan : Kantor/tempat kerja Gajah : Derek Komando : Kantor polisi Tikar : Surat Buntut tikus : Antena pendek (HT) Belalai gajah : Antena atas Laka : Kecelakaan Jaya 65 : Kebakaran Timor Kupang Pati : Tempat Kejadian Perkara Timor Lombok Pati : Telepon Timor Kupang Ambon : TerKendali Aman Halong Timur : Handy Talky (HT) Halong Pati : Hand Phone (HP) Kupang Rembang : KendaRaan Kupang Ambon : Kereta Api Wilis Kendal : Walikota Kendal Cepu : KeCamatan Kendal Lombok : KeLurahan Rembang Wilis : RW Rembang Timur : RT Rembang Rembang : Serse Rembang Solo : Rumah Sakit Rembang Pati : Rupiah Anak Kijang : Pencuri/Tersangka Ambon Demak : Angkatan Darat Ambon Lombok : Angkatan Laut Ambon Ungaran : Angkatan Udara Pati Medan : Polisi Militer Timor Medan : Tamu/Teman Lombok-Lombok : Lalu Lintas Timor Lombok : Lampu Lalu Lintas/Traffic Light Sepi : Senjata Api Sajam : Senjata Tajam Curat : Pencurian Dengan Pemberatan Curas : Pencurian Dengan Kekerasan Curanmor : Pencurian Kendaraan Bermotor Bandung Umar Solo : BUS Medan-Medan : Metro Mini Pati Demak Irian : Jam/Waktu Solo Medan Pati : Pelajar Solo Medan Ungaran : Mahasiswa Solo Timur Medan : Rumah/Kediaman Opak Kendal Jepara : Kantor/Tempat Kerja Opak Pati Solo : Derek Lombok Pati : Kantor Polisi Lombok Irian : Surat Lombok Demak : Antena Pendek (HT) Bandung-Bandung : Barang Bukti (BB) Bandung2 Padat : Makan Bandung2 Medan : Bahan Bakar Minyak Lampiran/Ambon : Istri Monik : Anak Solo Bandung : Stand By Solo Garut : SiaGa Medan Demak : Meninggal Dunia Pati Ambon Medan : Pengamanan Ambon Pati-Pati : Apel Palang Hitam : Mobil Jenazah Demak Pati Kendal : Dinas Pemadam Kebakaran SANDI PANGKAT KESATUAN Kresna : Presiden Bima : Wakil Presiden Timor Bandung I : Kapolri Metro I : Kapolda Timor I : Kapolres Jajaran 1 : Kapolsek Jajaran 2 : Wakapolsek Jajaran 3 : Serse Jajaran 4 : Sabhara Jajaran 5 : Bimas/Babinkamtibmas Jajaran 6 : Lantas/Lalu Lintas

PROPOSAL MODEL INQUIRI SD

JUDUL : Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui Metode Inkuiri pada Siswa Kelas V SD Inpres Ujung Pandang Baru Kota Makassar BIDANG KAJIAN : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan pada pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Sebagai perwujudan cita-cita nasional tersebut telah diterbitkan UU No. 2 tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Guru mempunyai peran yang penting dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Dalam Undang-undang nomor 14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa : Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Berbicara tentang peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi, melainkan juga mengarahkan dan memberikan fasilitas belajar agar proses belajar lebih memadai. Pada awal proses pembelajaran guru harus mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi, motivasinya, latar belakang akademisnya, latar belakang sosial ekonomisnya, dan lain sebagainya. Hal tersebut bertujuan untuk mencapai pembelajaran yang efektif dan efisien. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu bidang studi yang memiliki peranan cukup penting dalam menghasilkan siswa yang berkualitas yaitu manusia yang mampu berfikir kritis, kreatif, logis dan berinisiatif. Untuk menghasilkan siswa yang berkualitas tersebut membawa dampak pada pemilihan materi, metode dan media pembelajaran serta pendekatan pembelajaran yang tepat agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa utamanya dalam bidang studi IPA. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas V SD Inpres Ujung Pandang Baru Kota Makassar pada hari Senin tanggal 24 Januari 2011 diperoleh informasi tentang hasil belajar IPA umumnya masih rendah, yakni nilai rata-rata ulangan harian hanya mencapai skor 55. Nilai rata-rata ini jika dibandingkan dengan nilai ketuntasan belajar yang telah ditentukan oleh sekolah yakni sebesar 65, jadi dapat dikatakan bahwa nilai tersebut berada dibawah standar ketuntasan yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar siswa kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Guru masih bersifat informatif, dalam artian guru yang aktif dalam proses pembelajaran. Dalam mengajarkan materi IPA guru kurang melibatkan siswa, sehingga konsep yang diperoleh sebatas hafalan saja. Pada pembelajaran metode inkuiri siswa aktif melakukan percobaan atau penyelidikan untuk menemukan konsep tentang materi pelajaran. Kecenderungan pembelajaran IPA/sains di Indonesia, menurut Iskandar (1997, 4 ) menunjukkan bahwa: Pembelajaran hanya beriorientasi pada tes/ujian. Pengalaman belajar yang diperoleh di kelas tidak utuh dan tidak berorientasi pada tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pembelajaran lebih bersifat teacher-centered, guru hanya menyampaikan IPA sebagai produk dan peserta didik menghafal informasi faktual. Peserta didik hanya mempelajari IPA pada domain kognitif yang terendah,peserta didik tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berpikirnya. Cara berpikir yang dikembangkan dalam kegiatan belajar belum menyentuh domain afektif dan psikomotor. Alasan yang sering dikemukakan oleh para guru adalah keterbatasan waktu, sarana, lingkungan belajar, dan jumlah peserta didik per kelas yang terlalu banyak. Evaluasi yang dilakukan hanya berorientasi pada produk belajar yang berkaitandengan domain kognitif dan tidak menilai proses. Pembelajaran IPA berbasis inkuiri dideskripsikan dengan mengajak siswa dalam kegiatan yang akan mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA sebagaimana para saintis mempelajari dunia alamiah. Proses metode inkuiri adalah guru menyajikan suatu materi dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Peranan guru lebih banyak menetapkan diri sebagai pembimbing atau fasilitator belajar. Dengan demikian siswa lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan permasalahan dengan bimbingan guru. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka diperlukan suatu pembelajaran yang mampu mengembangkan dan menggali pengetahuan siswa secara konkret dan mandiri sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung secara kondusif sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Berangkat dari pendapat Piaget (Sanjaya, 2006, 23) yang mengemukakan bahwa : Pengetahuan itu akan bermakna manakala dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa. Sebab sejak manusia dilahirkan ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Sejak kecil manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui indra pengecapan, pendengaran, penglihatan, dan indra-indra lainnya hingga dewasa keingintahuannya secara terus menerus berkembang dengan menggunakan otak dan pikirannya. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran sains di sekolah dasar untuk mengatasi permasalahan yang diungkapkan oleh peneliti yang erat kaitannya dengan proses melatih keingintahuan siswa melalui proses berpikirnya sehingga siswa dapat menemukan sendiri informasi atau pengetahuan yang dipelajarinya adalah metode inkuiri. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sanjaya (2006, 9) bahwa : Metode inkuiri adalah rangkaian pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang dipertanyakan. Menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. Metode inkuiri memberi kesempatan secara optimal kepada siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran melalui kegiatan-kegiatan percobaan sehingga pengetahuan yang dipelajarinya tidak mudah untuk dilupakan dan pengetahuan tersebut dapat tersimpan secara permanen dalam ingatannya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Khaeruddin dan Eko (2005) bahwa “metode inkuiri tidak hanya menuangkan informasi ke dalam benak siswa, tetapi mengusahakan bagaimana konsep-konsep tersebut tertanam kuat dalam benak siswa”. Metode inkuiri merupakan metode yang banyak dianjurkan untuk dipergunakan dalam proses belajar mengajar IPA, sebab dalam model inkuiri memiliki beberapa kelebihan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sanjaya (2006, 27) bahwa: Ada beberapa keunggulan dalam penggunaan metode inkuiri dalam pembelajaran sains yaitu a) metode inkuiri lebih menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang; b) memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya mereka; c) sesuai dengan psikologi belajar modern; d) metode inkuiri dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Dengan demikian melalui metode inkuiri dapat melatih siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang dan sistematis sehingga mampu mendorong siswa menggunakan konsep materi yang dimilikinya dalam menghadapi permasalahan yang dihadapinya dalam kehidupan pribadi, sekolah maupun masyarakat. Berdasarkan permasalahan yang terjadi pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam maka penulis akan mengangkat sebuah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui Metode Inkuiri pada siswa kelas V SD Inpres Ujung Pandang Baru Kota Makassar”. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Apakah dengan menerapkan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas V SD Inpres Ujung Pandang Baru Kota Makassar”? Pemecahan Masalah Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah masih kurangnya pemahaman siswa mengenai mata pelajaran IPA dan kurang tertarik terhadap mata pelajaran IPA. Hal ini disebabkan karena kurang mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar. Melalui penggunaan metode inkuiri siswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai IPA dan akan lebih tertarik terhadap IPA jika mereka dilibatkan secara aktif dalam menemukan konsep pembelajaran. Penemuan yang dilakukan oleh siswa merupakan tulang punggung metode inkuiri. Penemuan ini difokuskan untuk memahami Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan meningkatkan keterampilan proses berpikir ilmiah siswa. Berdasarkan alasan-alasan di atas, maka untuk mengatasi permasalahan pembelajaran yang dialami siswa di kelas V SD Inpres Ujung Pandang Baru Kota Makassar, dilakukan tindakan yang sesuai dengan langkah-langkah penelitian tindakan kelas, yaitu : Melakukan observasi langsung terhadap aktivitas guru dan siswa selama mengikuti proses pembelajaran IPA di kelas V SD Inpres Ujung Pandang Baru Kota Makassar. Menyusun dan melaksanakan perangkat pembelajaran yang mengacu pada pembelajaran metode inkuiri dalam meningkatkan pemahaman siswa sesuai dengan langkah-langkah sebagai berikut: Orientasi Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsive seperti Guru dapat memberikan motivasi untuk belajar. Merumuskan masalah kepada siswa Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu permasalahan yang mengandung teka teki yang menantang siswa untuk berpikir. Merumuskan hipotesis dari suatu permasalahan yang dikaji Menentukan jawaban sementara yang diberikan siswa dari suatu permasalahan. Mengumpulkan data dengan melakukan percobaan Melakukan percobaan untuk menjawab permasalahan tersebut. Menguji hipotesis berdasarkan hasil yang diperoleh dari percobaan Tahap ini merupakan proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai informasi pada pengumpulan data. Merumuskan kesimpulan berdasarkan hasil pengujian hipotesis Siswa sendiri yang menyimpulkan materi dan menemukan sendiri konsep materi tersebut. Pada akhir setiap siklus tindakan dilakukan evaluasi untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa dalam memahami materi sifat-sifat cahaya. Tindakan pada setiap siklus dikatakan berhasil apabila keseluruhan siswa mencapai tingkat penguasaan 70% dengan nilai paling rendah 65. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik menerapkan metode inkuiri dalam pembelajaran IPA khususnya materi Sifat-sifat cahaya di Kelas V SD Inpres Ujung Pandang Baru Kota Makassar melalui penelitian tindakan kelas (PTK). Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui metode inkuiri pada siswa kelas V SD Inpres Ujung Pandang Baru Kota Makassar. Manfaat Penelitian Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat Kepada semua pihak yang terkait, secara khusus manfaat penelitian ini yaitu: Manfaat Teoretis Melalui hasil penelitian ini, diharapkan guru SD dan calon guru memiliki pengetahuan tentang teori Metode Inkuiri yang merupakan salah satu bentuk inovasi pembelajaran di SD. Hasil penelitian ini diharapkan guru SD dan calon guru memiliki teori pembelajaran yang dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan pemahaman dan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam di SD. Manfaat Praktis Bagi Siswa Adanya kebebasan bagi siswa untuk menemukan hal-hal baru bagi dirinya di dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Dapat menghilangkan rasa jenuh pada saat pembelajaran berlangsung. Dapat mempermudah penguasaan konsep, memberikan pengalaman nyata, memberikan dasar-dasar berpikir konkret sehingga mengurangi verbalisme, meningkatkan minat belajar dan meningkatkan hasil belajar. Bagi guru Untuk meningkatkan profesionalisme guru Untuk meningkatkan tingkat kepercayaan diri bagi seorang guru. Memberikan pengalaman, menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan dalam merancang metode yang tepat dan menarik serta mempermudah proses pembelajaran melalui metode inkuiri. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN Kajian Pustaka Penerapan Metode Inkuiri Metode inkuiri dalam mengajar termasuk metode modern, yang sangat didambakan untuk dilaksanakan disetiap sekolah. Adanya anggapan bahwa sekolah menciptakan kultur bisu, tidak akan terjadi apabila metode ini digunakan. Menurut Sidharta (1998, 29) mengemukakan bahwa metode pembelajaran inkuiri dapat dilaksanakan apabila dipenuhi syarat-syarat berikut: Guru harus terampil memilih persoalan yang relevan untuk diajukan kepada kelas (persoalan bersumber dari bahan pelajaran yang menantang siswa/problematik) dan sesuai dengan daya nalar siswa, 2) Guru harus terampil menumbuhkan motivasi belajar siswa dan menciptakan situasi belajar yang menyenangkan, 3) Adanya fasilitas dan sumber belajar yang cukup, 4) Adanya kebebasan siswa untuk berpendapat, berkarya, berdiskusi, 5) Partisipasi setiap siswa dalam kegiatan belajar, 6) Guru tidak banyak campur tangan dan intervensi terhadap kegiatan siswa. Metode mengajar yang biasa digunakan dalam metode ini antara lain metode diskusi dan pemberian tugas, diskusi untuk memecahkan permasalahan dilakukan oleh sekelompok kecil siswa antara tiga sampai lima orang dengan arahan dan bimbingan guru. Menurut Sumantri (1998/1999:164) menyatakan : Metode inkuiri adalah cara penyajian pelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Metode ini melibatkan peserta didik dalam proses- proses mental dalam rangka penemuannya, metode inquiri memungkinkan para peserta didik menemukan sendiri informasi- informasi yang di perlukan untuk tujuan belajarnya. Dari pendapat diatas menunjukkan kesimpulan bahwa Metode inkuiri merupakan prosedur pengajaran yang menekankan kegiatan siswa secara mandiri untuk menemukan konsep keilmuan terutama pada mata pelajaran IPA yang membutuhkan penguasaan berfikir secara ilmiah. Metode ini akan mengiring murid lebih aktif melakukan penelitian di dalam maupun di luar kelas dengan bimbingan guru. Metode inkuiri merupakan salah satu metode yang sangat dianjurkan untuk diterapkan dalam proses pembelajaran, sebab metode inkuiri sebagai sebagai metode pembelajaran memiliki beberapa keunggulan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sanjaya (2008, 32) bahwa metode inkuiri memiliki empat keunggulan, diantaranya: Metode inkuiri merupakan pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang sehingga pembelajaran akan lebih bermakna. Metode inkuiri memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka. Metode inkuiri merupakan metode yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya perubahan. Keuntungan lain adalah metode pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar yang bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar. Metode inkuiri sebagai salah satu metode pembelajaran di samping memiliki banyak keunggulan juga memiliki kelemahan. Sanjaya (2008, 33) mengemukakan sebagai berikut: Jika Metode inkuiri digunakan sebagai metode pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa Metode ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar Dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan. Selama kriteria keberhasilan ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka metode inkuiri akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru. Berdasarkan kedua pendapat tersebut maka guru hendaknya memperhatikan beberapa prosedur dan memiliki pengetahuan yang lebih mendalam mengenai metode inkuiri sehingga segala kekurangan yang terdapat dalam metode inkuiri ini dapat teratasi. Menurut Gulo (2002, 11) peranan utama guru dalam menciptakan kondisi pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut: Motivator, yang memberikan ransangan supaya siswa aktif dan gairah berfikir. Fasilitator, yang menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berfikir siswa. Penanya, untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan memberikan keyakinan pada diri sendiri. Administrator, yang bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan didalam kelas. Pengarah, yang memimpin arus kegiatan berfikir siswa pada tujuan yang diharapkan . Manager, yang mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas. Rewarder, yang memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai dalam rangka peningkatan semangat heuristic pada siswa. Menurut pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dalam menciptakan pembelajaran yang berdasarkan metode inkuiri diharapkan guru harus memiliki peranan sebagai motivator agar siswa lebih aktif dan termotivasi dalam proses belajar mengajar dan guru harus membimbing atau membantu siswa jika mendapat hambatan dalam berfikir, guru menyadarkan siswa dari kekeliruan yang diperbuat dan memberikan keyakinan terhadap diri sendiri, guru bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan didalam kelas, guru membimbing siswa dalam berfikir, guru mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas, serta memberi penguatan kepada siswa. Hakikat Pembelajaran IPA Alam ini penuh dengan keragaman, tetapi juga penuh dengan tantangan. Pembelajaran IPA menawarkan cara kita untuk memahami peristiwa-peristiwa didalamnya. Ilmu pengetahuan untuk siswa SD harus dimodifikasi agar anak-anak dapat mempelajari ide-ide dan konsep-konsep yang harus di sederhanakan agar sesuai dengan kemampuan anak untuk memahaminya. Menurut Bundu (2006: 4), mengemukakan pembelajaran Sains memiliki tiga komponen yaitu: Proses ilmiah misalnya mengamati, mengklasifikasi, memprediksi, merancang, dan melaksanakan eksperimen; Produk ilmiah misalnya prinsip-prinsip, konsep-konsep, hukum, dan teori; Sikap ilmiah misalnya ingin tahu, hati-hati, objektif dan jujur. Usman Samatowa (2006, 36) mengemukakan empat rincian hakikat IPA di antaranya: a) IPA adalah bangunan atau deretan konsep dan skema konseptual yang saling berhubungan sebagai hasil eksperimentasi dan observasi, b) IPA adalah bangunan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode observasi, c) IPA adalah suatu sistem untuk memahami alam semesta melalui data yang dikumpulkan melalui observasi atau eksperimen yang dikontrol, dan d) IPA adalah aktivitas pemecahan masalah oleh manusia yang termotivasi keingintahuan akan alam di sekelilingnya dan keingintahuan untuk memahami, menguasai, dan mengelolahnya demi memenuhi kebutuhan. Dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam yang terkait dengan proses ilmiah, produk ilmiah dan sikap ilmiah serta teori sebagai proses penemuan melalui eksperimen dan hasil observasi. Belajar IPA tidak sekedar belajar informasi tentang fakta-fakta dan prinsip dalam wujud pengetahuan deklaratif, tetapi belajar Ilmu Pengetahuan Alam adalah bagaimana memperoleh informasi IPA, cara Ilmu Pengetahuan Alam dan teknologi dan bekerja ilmiah dengan menerapkan metode dan sikap ilmiah. Di mana dalam memahami IPA harus didasari pada percobaan-percobaan karena dalam mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam tanpa melakukan percobaan bukan lagi mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam melainkan bercerita tentang Ilmu Pengetahuan Alam. Hasil Belajar IPA Hasil belajar siswa adalah salah satu kegiatan yang merupakan kewajiban bagi setiap guru atau pengajar untuk menilainya. Dikatakan kewajiban karena setiap pengajar pada akhirnya harus dapat memberikan informasi kepada lembaganya atau kepada siswa itu sendiri. Bagaimana dan sampai dimana penguasaan dan kemampuan yang telah dicapai siswa tentang materi dan keterampilan mengenai mata pelajaran yang telah diberikannya. Dimyati dan Mudjiono (2006: 48) mengemukakan “hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar dari sisi guru”. Selanjutnya Abdurrahman (1999: 37) mengemukakan: Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan proses dari seseorang,di mana hasil belajar tersebut dipengaruhi oleh inteligensi dari penguasaan awal anak tentang materi yang akan dipelajari. Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu tahapan penelitian akhir dari proses interaksi belajar mengajar yang disertai dengan berubahnya tingkah laku serta kemampuan cara berfikir seseorang yang yang dipengaruhi oleh intelegensi yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Perlu ditekankan bahwa penilaian pencapaian belajar siswa tidak hanya menyangkut aspek-aspek kognitifnya, tetapi juga mengenai aplikasi atau performance, aspek afektif yang menyangkut sikap serta internalisasi nilai-nilai yang perlu ditanamkan dan dibina melalui mata pelajaran yang telah diberikannya. Tentu saja melaksanakan hal ini secara konsekuen bukanlah suatu hal yang mudah. Masih banyak ketimpangan yang yang terjadi di dalam dunia pendidikan kita, baik di sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama(SMP) maupun dipendidikan sekolah menengah atas (SMA). Pada masa yang lalu, dan bahkan hingga kini, masih banyak terdapat kekeliruan pendapat tentang fungsi penilaian pencapaian belajar siswa. Banyak lembaga pendidikan ataupun pengajar secara sadar atau tidak sadar yang menganggap fungsi penilaian itu semata-mata sebagai mekanisme untuk menyeleksi siswa atau mahasiswa dalam kenaikan kelas atau kenaikan tingkat, dan sebagai alat seleksi kelulusan pada akhir tingkat program tertentu. Kerangka Pikir Penggunaan metode inkuiri dalam pembelajaran IPA di SD sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, dimana pada metode ini pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru memegang peranan yang sangat penting, oleh karena itu ditekankan guru mengajukan pertanyaan yang diminta siswa untuk berfikir tingkat tinggi. Inkuiri merupakan pertanyaan atau penyelidikan yang mempersiapkan situasi bagi siswa untuk melakukan eksperimen sendiri, mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri jawaban atas pertanyaan yang mereka ajukan. Pada metode ini memiliki kelebihan karena mampu mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor siswa secara seimbang, sehingga pada pembelajaran melalui metode ini dianggap lebih bermakna dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis akan menggambarkan bagan pelaksanaan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode inkuiri pada pembelajaran IPA di kelas V SD Inpres Ujung Pandang Baru Kota Makassar yaitu sebagai berikut : Gambar2.1 Bagan Kerangka Pikir Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka pikir diatas maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah Jika metode Inkuiri diterapkan dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas V SD Inpres Ujung Pandang Baru Kota Makassar, maka hasil belajar siswa dapat meningkat. III. METODE PENELITIAN Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas (classroom action research). Jenis penelitian ini menggunakan Model Kemmis dan McTaggart terdiri dari empat komponen dalam satu siklus yaitu 1) perencanaan, 2) tindakan , 3) observasi dan 4) refleksi. Empat komponen tersebut dilaksanakan secara berurutan dalam dua siklus, dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 3.2 Tahap-Tahap Penelitian Menurut Kemmis dan MC.Taggart (Wardani,2007: 5) Setting dan Subjek Penelitian Penelitian dengan menggunakan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Inpres Ujung Pandang Baru Kota Makassar. Sedangkan subjek penelitian ini adalah siswa kelas V dengan jumlah siswa 27 orang yang terdiri dari 12 siswa laki- laki dan 15 siswa perempuan. Peneliti memilih kelas V karena dari enam kelas yang ada, melalui observasi awal didapatkan nilai hasil belajar IPA rendah dan aktivitas belajar masih tergolong rendah. Fokus Penelitian Untuk memberikan pemecahan masalah yang tepat terhadap permasalahan penelitian yang dikemukakan maka yang menjadi focus penelitian tindakan kelas ini adalah: Siswa yaitu mengamati aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Apakah kemampuan siswa tentang pelajaran IPA dapat meningkat dengan menggunakan metode inkuiri. Guru yaitu memperhatikan persiapan dan kesesuaian guru dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran. Sumber belajar yaitu memperhatikan sumber belajar yang digunakan apakah sudah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Teknik Pengumpulan Data Teknik atau cara pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan bentuk data yang diperoleh yaitu melalui Observasi dan Tes. Observasi. Observasi merupakan kegiatan mengamati aktivitas mengajar guru dalam proses pembelajaran IPA melalui metode inkuri, dan aktivitas belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA di kelas V SD Inpres Ujung Pandang Baru Kota Makassar. Bentuk observasi adalah mengamati secara langsung aktivitas mengajar guru dalam proses pembelajaran dan aktivitas belajar siswa dalam mengikuti pelajaran dengan menggunakan format observasi. Pelaksanaan observasi ini dapat dilakukan oleh peneliti dan satu orang teman sejawat untuk membantu proses pelaksanaan penelitian yang berpedoman pada lembar observasi. Tes Tes yaitu serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan yang dimiliki oleh individu atau kelompok berupa tes dalam bentuk pilihan ganda. Desain Penelitian Secara khusus adapun desain penelitian dengan pelaksanaan 2 (dua) siklus adalah sebagai beriku: Gambaran kegiatan pada siklus I Hal-hal yang dilakukan pada siklus I Tahap Perencanaan Sebelum memulai kegiatan penulis melakukan: Menelaah kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)mengaju pada kurikulum kelas V sekolah dasar, pada mata pelajaran IPA Membuat lembar observasi baik untuk guru maupun siswa. Observasi siswa untuk melihat bagai mana kondisi siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung, observasi untuk guru yaitu melihat proses pembelajaran inkuiri yang dilakukan oleh guru selama diadakannya tindakan. Merancang dan membuat soal sebagai alat evaluasi. Tahap Pelaksanaan Tindakan Langkah-langkah pelaksanaan tindakan adalah menyajikan materi dengan menerapkan metode pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran IPA yaitu: Mengidentifikasi kebutuhan siswa Seleksi pendahuluan terhadap konsep yang akan dipelajari Seleksi bahan atau masalah yang akan dipelajari Menentukan peran yang akan dilakukan masing-masing murid Mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan diselidiki dan ditemukan Mempersiapkan setting kelas Mempersiapkan fasilitas yang diperlukan Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan penyelidikan atau penemuan Menganalisis sendiri atas data temuan Merangsang terjadinya dialog interaksi antar siswa Memberi penguatan kepada siswa untuk giat dalam melakukan penemuan Memfasilitasi siswa dalam merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil temuannya. Tahap Observasi dan Evaluasi Observasi dilakukan dengan cara: Mengidentifikasi keadaan siswa, melakukan penilaian terhadap keberhasilan siswa, dan mengamati/ mengobservasi pekerjaan siswa Mengadakan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan dalam setiap siklus yang dilakukan oleh guru dengan menggunakan lembar observasi. Tahap Refleksi Refleksi dilakukan dengan cara mengidentifikasi keadaan siswa selama proses belajar mengajar berlangsung dengan memperhatikan hasil yang didapatkan dalam tahap observasi dianalisa. Hal-hal yang kurang akan diperbaiki dan yang baik akan tetap dipertahankan. Hal analisis siklus I inilah yang dijadikan acuan untuk merencanakan siklus II, sehingga dicapai tujuan yang diharapkan. Hal ini dilakukan apabila aktivitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa masih kurang dalam proses pembelajaran, dan hasil belajar yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM). Gambaran kegiatan siklus II Adapun kegiatan yang dilakukan pada kegiatan siklus II adalah sesuai kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan pada siklus I, sebagai berikut: Tahap Perencanaan Pada tahap ini, dirumuskan perencanaan siklus II sesuai pelaksanaan siklus pertama dengan menambah atau mengurangi bagian-bagian yang dianggap perlu berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama. Selain menelaah kurikulum untuk materi siklus I penulis juga tetap mempelajari materi dari berbagai sumber baik dari buku paket maupun dari buku penunjang lainnya. Tahap Pelaksanaan Tindakan Langkah-langkah yang diajukan dalam pelaksanaan tindakan ini merupakan perubahan kegiatan pembelajaran pada siklus I, yang mana diharapkan dapat memperbaiki kekurangan yang terdapat pada siklus sebelumnya, dengan melakukan antara lain: Mengidentifikasi kebutuhan siswa Seleksi pendahuluan terhadap konsep yang akan dipelajari Seleksi bahan atau masalah yang akan dipelajari Menentukan peran yang akan dilakukan masing-masing siswa Mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan diselidiki dan ditemukan Mempersiapkan setting kelas Mempersiapkan fasilitas yang diperlukan Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan penyelidikan atau penemuan Menganalisis sendiri atas data temuan Merangsang terjadinya dialog interaksi antar siswa Memberi penguatan kepada siswa untuk giat dalam melakukan penemuan Memfasilitasi siswa dalam merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil temuannya. Tahap Observasi Observasi dilakukan pada dasarnya sama dengan siklus pertama yaitu dengan cara Mengidentifikasi keadaan siswa, melakukan penilaian terhadap keberhasilan siswa, dan mengamati/ mengobservasi pekerjaan siswa serta mengadakan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan dalam setiap siklus yang dilakukan oleh guru dengan menggunakan lembar observasi. Sedangkan informasi hasil belajar diperoleh pada akhir siklus dengan memberikan tes dalam bentuk uraian. Tahap Refleksi Setelah siklus II selesai , data yang telah dikumpul dianalisis untuk mengetahui apakah pembelajaran inquiri yang diterapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Pada siklus II terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan baik melalui metode inkuiri, sehingga pembelajaran tidak dilanjutkan pada siklus selanjutnya. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1992) yang terdiri dari tiga tahap kegiatan yaitu: 1) menyelidiki data, 2) menyajikan data, dan 3) menarik kesimpulan dan verifikasi. Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dan siswa dalam proses pembelajaran setiap siklusnya, data aspek aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran dianalisis berdasarkan kemampuan guru dan siswa melaksanakan indikator yang direncanakan dari setiap tahapan pembelajaran inkuiri. Penafsiran data proses pembelajaran aspek guru dan siswa digunakan acuan dengan rumus Frekuensi/(Jumlah responden) ×100 % Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan ini ada dua macam yaitu indikator tentang keterlaksanaan skenario pembelajaran dan indikator kemampuan pemahaman mengenai sifat-sifat cahaya. Adapun kriteria yang digunakan untuk mengungkapkan tingkat pemahaman siswa dalam memahami materi mengenai sifat-sifat cahaya adalah sesuai dengan kriteria standar yang diungkapkan Nurkancana (2002,39) sebagai berikut: Tabel 3.1 Kriteria standar keberhasilan siswa Tingkat penguasaan Kategori 90 – 100 80 – 89 65 – 79 55 – 64 0 – 54 Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah Berdasarkan kriteria standar tersebut, maka peneliti menentukan tingkat kriteria keberhasilan tindakan pada penelitian ini dilihat secara keseluruhan pada setiap siklus telah meningkat dan menunjukkan tingkat pencapaian keberhasilan siswa secara keseluruhan mencapai penguasaan 80% dengan nilai masing-masing setiap subjek penelitian memperoleh nilai paling rendah 65. Ketuntasan individu digunakan untuk menentukan ketuntasan secara klasikal, sedangkan ketuntasan klasikal digunakan untuk menentukan keberlangsungan penelitian tindakan kelas (siklus selanjutnya)   Jadwal penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan selama 2 bulan, yang secara rinci jenis kegiatannya seperti di uraikan dalam table berikut: No Jenis Kegiatan Waktu Efektif Pelaksanaan Tindakan Kelas Maret April Mei Juni 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Persiapan Pendekatan/Negosiasi Penyusunan Proposal Seminar Proposal Perizinan Pertemuan dengan pihak sekolah 2. Pelaksanaan PTK Pelaksanaan siklus I Pelaksanaan siklus II Pengumpulan Data Analisis Data Pembuatan Skripsi 3. Evaluasi Hasil PTK Ujian Meja Skripsi Revisi dan Penggandaan Skripsi Penyerahan Skripsi DAFTAR PUSTAKA . Abdurrahman, M. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Bundu Patta, 2006. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah Dalam Pembelajaran Sains Di Sekolah Dasar.Jakarta : Depdiknas.Dikti.Direktorat ketenagaan Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Gulo, W. 2002.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia; Hamalik, Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. bumi Aksara; Iskandar M, Srini. 2001. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; Khaeruddin dan Sudjiono, E. H. 2005. Pembelajaran Sains (IPA) Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makassar: Badan Penerbit Makassar Nurkancana. Dkk.2002. Prinsip-prinsip. Surabaya: UNESA university pres Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya; Saepy, Fredi A. 2008. Meningkatkan Kreativitas Siswa memahami Konsep Sifat Cahaya Melalui Pembelajaran Kontekstual di kelas V SD Negeri 1 Baruga Kota Kendari. Skripsi. Makassar: Fakultas Ilmu Pendidik Universitas Negeri Makassar Samatowa Usman. 2006. Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas. Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group Sidharta, Priguna. 2003. Metode Inkuiri Dalam Pengajaran Ilmu Sains. Jakarta: Rajawali Pers; Sumantri, Mulyani dkk. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarata: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Undang-undang Pendidikan Nomor 14 Tahun 2005. Tentang Guru dan Dosen Wardani, IGK. (2007). Penelitian tindakan kelas. Jakarta: Universitas terbuka.   Lampiran 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS I PERTEMUAN I Nama sekola : SD Inpres Ujung Pandang Baru kota makassar Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam Kelas/ Semester : V / II Alokasi Waktu : 2 x 35 menit Standar Kompetensi : Menerapkan Sifat-sifat Cahaya Melalui Kegiatan Membuat suatu Karya/Model Kompetensi Dasar : 6.1 Mendskripsikan Sifat Benda Indikator : Percobaan sifat-sifat cahaya yang dapat merambat lurus Tujuan Pembelajaran : Setelah mempelajari materi ini siswa dapat : Menjelaskan Sifat-sifat Cahaya yang dapat merambat lurus Materi Pembelajaran Sifat Cahaya Cahaya Merambat Lurus Berkas cahaya merambat lurus. Dengan demikian, bila terhalang oleh tembok atau karton, berkas cahaya tidak dapat terlihat.Berkas cahaya yang merambat lurus dapat pula kamu lihat pada cahaya lampu atau mobil senter dimalam hari. Sewaktu menonton film digedung bioskop atau tanah lapang, kamu dapat juga melihat berkas cahaya yang merambat lurus. Berkas cahaya itu berasal dari proyektor film yang dipancarkan kearah layar. Metode Pembelajaran : Metode Inkuiri Langkah-langkah Kegiatan pembelajaran Kegiatan Awal Menyiapkan siswa untuk belajar Mengecek kehadiran siswa Mempersiapkan materi dan media Mengadakan apresepsi Menyampaikan tujuan pembelajaran Kegiatan Inti Orientasi siswa Kepada Masalah Guru mengkondisikan siswa untuk siap mengikuti pelajaran IPA. Mengelola kelas efektif agar memungkinkan siswa dapat menerapkan keterampilan-keterampilan proses yang akan dilakukan. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang akan dilakukan. Perumusan masalah: Mengelola pengetahuan awal yang dimiliki siswa yang erat kaitannya dengan materi sumber daya alam Memberikan beberapa pertanyaan atau permasalahan yang harus dipecahkan oleh siswa, seperti benarkah sumber daya alam terbagi atas sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan tidak dapat diperbahrui. Hipotesis/jawaban sementara: Memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk mengemukakan pendapatnya mengenai pertanyaan tersebut Mencari informasi, data, fakta, yang diperlukan untuk menjawab permasalahan/hipotesis: Menjelaskan kepada siswa untuk melakukan kegiatan percobaan untuk mengumpulkan data dalam rangka menjawab permasalahan tersebut. Membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil secara heterogen Menjelaskan langkah-langkah dari percobaan tersebut kepada setiap kelompok Guru meminta kepada setiap kelompok untuk mengerjaka LKS yang telah dibagikan . Membimbing setiap kelompok dalam melakukan penemuan Memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk bertanya jika ada kesulitan dalam melakukan penemuan . Mengaplikasikan kesimpulan Memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk mengemukakan hasil penemuannya di depan kelas mengenai sunber daya alam Meminta kepada kelompok lain untuk menanggapi hasil pengumpulan data yang diperoleh kelompok lain.] Kegiatan Akhir Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari Siswa mengumpulkan LKS Guru memberikan pesan moral. Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam. Alat/ Bahan/ Sumber Alat/bahan Lembar Kegiatan/kerja Siswa Alat-alat percobaan Sumber Buku bahan ajar Sains SD Kelas V, Erlangga. Hal. 141-144 Buku bahan ajar senang belajar IPA untuk kelas V, Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Hal. 97-101. Penilaian : Prosedur penilaian Tes proses (LKS) Tes akhir Bentuk penilaian Tertulis Proses Alat penilaian. LKS Makassar, Mei 2011 Guru Kelas Peneliti Hasni, A.Ma Muh. Yunus Nip, Nim, 074704233 Mengetahui Kepala sekolah Syamsul Qaidah NIP: 19630406 198604 2 001 Lampiran 2 Lembar Kegiatan/Kerja Siswa pertemuan I Nama : ………………. Nis : ………………. Kelas : ………………. Kelompok : ……………….. Tujuan percobaan : Untuk memubktikan cahaya dapat merambat lurus. Alat dan bahan Karton tebal tiga potongan kayu penjepit yang seragam gunting pelubang lilin Cara Kerja potonglah karton tebal menjadi 3, masing-masing berbentuk bujur sangkar yang berukuran sama. tegakkan masing-masing karton di tengah-tengah kayu penjepit. Usahakan karton pada kayu penjepit tersebut bisa berdiri tegak. buatlah lubang tepat ditengah tiap karton pada titik yang sama. Sekarang, deretlah bidang-bidang karton tersebut. Usahakan lubang pada tiap karton segaris. letakkan sebatang lilin. Nyalakan lilin tersebut, atur posisi lilin sehingga nyala apinya tepat berada di depan celah ketiga karton.   lampiran 3 FORMAT OBSERVASI AKTIVITAS GURU DALAM PEMBELAJARAN IPA SIKLUS I Sekolah : SD Inpres Ujung Pandang Baru Kota Makassar Kelas/Semester : V/II (Genap) Siklus : ………………………….. Pertemuan : ………………………….. No Aspek yang dinilai Kualifikasi Skor SB (4) B (3) C (2) K (1) 1 Guru mengelolah kelas dengan baik. 2 Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari 3 Guru menyampaikan dan menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. 4 Guru mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan diselidiki dan di temukan. 5 Guru membantu siswa merumuskan masalah dan hipotesis. 6 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan mengemukakan pendapatnya. 7 Guru mengelompokkan siswa kedalam 5 tim secara heterogen. 8 Guru mempersiapkan dan memfasilitasi siswa. 9 Guru membimbing tiap kelompok dalam melakukan penyelidikan. 10 Guru memberikan kesempatan kepada setiap kolompok untuk melakukan penemuan dan penyelidikan. 11 Guru merangsang terjadinya dialog interaktif antara siswa dan guru(evaluasi). 12 Guru memberikan penguatan kepada siswa terhadap hasil temuannya. 13 Guru membimbing siswa dalam menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Makassar, Mei 2011 Guru Kelas Peneliti Hasni, A.Ma Muh. Yunus Nip, Nim, 074704233 Mengetahui Kepala sekolah Syamsul Qaidah NIP: 19630406 198604 2 001 Lampiran 4 Panduan Pemberian Skor Pada Pedoman Observasi Aktivitas Guru Pada Pembelajaran IPA Tentang Sifat-Sifat Cahaya Melalui Penerapan Metode Inkuiri Pemberian Skor Pada Pedoman Observasi Aktivitas Siswa Guru mengelolah kelas dengan baik. Jika guru tdak mengelolah kelas dengan baik Jika guru kurang mampu mengelolah kelas dengan baik Jika guru mampu mengelolah kelas Jika guru mampu mengelolah kelas dengan baik Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari. Jika guru tidak menjelaskan materi yang akan dipelajari Jika guru kurang mampu menjelaskan materi yang akan dipelajari Jika guru mampu menjelaskan materi yang akan dipelajari namun kurang sistematis Jika guru mampu menjelaskan materi yang akan dipelajari dengan baik. Guru menyampaikan dan menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Jika guru tidak menyampaikan dan menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai Jika guru kurang mampu menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai Jika guru menyampaikan dan menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai Jika guru menyampaikan dan menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dengan baik. Guru mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan diselidiki dan ditemukan Jika guru tidak mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan diselidiki dan ditemukan Jika guru kurang dalam mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan diselidiki dan ditemukan Jika guru mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan diselidiki dan ditemukan Jika guru mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan diselidiki dan ditemukan dengan baik. Guru membantu siswa merumuskan masalah dan hipotesis Jika guru tidak membantu siswa merumuskan masalah dan hipotesis Jika guru kurang membantu siswa merumuskan masalah dan hipotesis Jika guru membantu siswa merumuskan masalah dan hipotesis Jika guru membantu siswa merumuskan masalah dan hipotesis dengan baik. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan mengemukakan pendapatnya Jika guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk betanya dan mengemukakan pendapatnya Jika guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk betanya dan mengemukakan pendapatnya) Jika guru hanya memberikan kesempatan kepada sebagian siswa untuk betanya dan mengemukakan pendapatnya Jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk betanya dan mengemukakan pendapatnya Guru mengelompokkan siswa kedalam 5 tim secara heterogen Jika guru tidak mengelompokkan siswa ke dalam 5 tim heterogen Jika guru mengelompokkan siswa ke dalam 5 tim tidak heterogen Jika guru mengelompokkan siswa ke dalam 5 tim kurang heterogen Jika guru mengelompokkan siswa ke dalam 5 tim heterogen Guru mempersiapkan dan memfasilitasi siswa. Jika guru tidak mempersiapkan dan memfasilitasi siswa Jika guru hanaya mempersiapkan dan tidak memfasilitasi siswa Jika guru hanaya mempersiapkan dan tidak memfasilitasi siswa Jika guru mempersiapkan dan memfasilitasi siswa Guru membimbing tiap kelompok dalam melakukan penyelidikan Jika guru tidak membimbing tiap kelompok dalam melakukan penyelidikan. Jika guru kurang membimbing tiap kelompok dalam melakukan penyelidikan. Jika guru hanya membimbing sebagian kelompok dalam melakukan penyelidikan. Jika guru membimbing tiap kelompok dalam melakukan penyelidikan. Guru memberikan kesempatan setiap kelompok untuk melakukan penemuan dan penyelidikan Jika guru tidak memberikan kesempatan setiap kelompok untuk melakukan penyelidikan Jika guru kurang memberikan kesempatan setiap kelompok untuk melakukan penyelidikan Jika guru hanaya memberikan kesempatan kepada sebagian kelompok untuk melakukan penyelidikan Jika guru kurang memberikan kesempatan setiap kelompok untuk melakukan penyelidikan Guru merangsang terjadinya dialog interaktif antara siswa dan guru (evaluasi) Jika guru tidak merangsang dialog interaktif antara siswa dan guru. Jika siswa kurang menrangsang dialog interaktif antara murid dan guru Jika siswa hanya merangsang dialog interaktif antara siswa Jika guru merangsang terjadinya dialog interaktif antara murid dan guru Guru memberikan penguatan kepada siswa terhadap hasil temuannya Jika guru tidak memberikan penguatan kepada siswa terhadap hasil temuannya Jika penguatan yang diberikan guru kapada siswa terhadap hasil temuannya kurang Jika penguatan yang diberikan guru kapada siswa terhadap hasil temuannya kurang Jika penguatan yang diberikan guru kapada siswa terhadap hasil temuannya kurang dengan baik Guru membimbing siswa dalam menyimpulkan materi yang telah dipelajari Jika guru tidak membimbing siswa dalam menyimpulkan materi yang telah dipelajari Jika guru kurang membimbing siswa dalam menyimpulkan materi yang telah dipelajari Jika guru hanya membimbing sebagian siswa dalam menyimpulkan materi yang telah dipelajari Jika guru membimbing siswa dalam menyimpulkan materi yang telah dipelajari   Lampiran 5 FORMAT OBSERVASI AKTIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA SIKLUS I Sekolah : SD Inpres Ujung Pandang Baru Kota Makassar Kelas/Semester : V/II (Genap) Siklus : ………………………….. Pertemuan : ………………………….. No Aspek yang dinilai Kualifikasi Skor SB (4) B (3) C (2) K (1) 1 Siswa menyimak penjelasan guru. 2 Siswa duduk dalam kelompok masing-masing yang telah ditentukan. 3 Siswa aktif dalam perumusan masalah dan hipotesis 4 Siswa berani untuk bertanya. 5 Semua anggota kelompok memahami masalah yang akan diselidiki dan ditemukan. 6 Siswa bersama teman kelompoknya menggunakan fasilitas yang telah dipersiapkan. 7 Setiap kelompok mengerjakan dan menyelesaikan LKS. 8 Semua anggota kelompok aktif dalam melakukan penemuan. 9 Siswa bersama teman kelompoknya menganalisis sendiri data temuannya. 10 Setiap kelompok mempresentasikan hasil temuannya. 11 Setiap kelompok berani mengemukakan pendapatnya masing-masing Total skor yang diperoleh Persentase Nilai : Frekuensi/(Jumlah responden) ×100 % Keterangan : 4 = Sangat Baik (SB) 3 = Baik (B) 2 = Cukup (C) 1 = Kurang(K) Lampiran 6 Panduan Pemberian Skor Pada Pedoman Observasi Aktivitas Siswa Pada Pembelajaran IPA Tentang Sifat-Sifat Cahaya Melalui Penerapan Metode Inkuiri Pemberian Skor Pada Pedoman Observasi Aktivitas Siswa Siswa menyimak penjelasan guru Jika siswa tidak menyimak penjelasan dari guru. Jika hanya sebagian kecil siswa yang menyimak penjelasan dari guru Jika seperdua siswa yang menyimak penjelasan dari guru Jika semua siswa mampu menyimak penjelasan dari guru Siswa duduk dalam kelompok masing-masing yang telah ditentukan. Jika siswa tidak duduk dalam kelompok masing-masing yang telah ditentukan Jika sebagian kecil siswa yang duduk dalam kelompok masing-masing yang telah ditentukan. Jika siswa duduk dalam kelmpok masing-masing yang telah ditentuan dengan baik tapi kurang benar Jika siswa duduk dalam kelompok masing-masing yang telah ditentukan dengan baik dan benar Siswa aktif dalam perumusan masalah dan hipotesis Jika siswa tidak aktif dalam perumusan masalah dan hipotesis Jika siswa kurang aktif dalam perumusan masalah dan hipotesis Jika seperdua siswa yang aktif dalam perumusan masalah dan hipotesis Jika siswa aktif dalam prumusan masalah dan hipotesis. Siswa melakukan tanya jawab jika tidak ada siswa bertanya jawab jika hanya siswa tertentu yang aktif bertanya jawab jika seperdua siswa atau sebagian besar murid aktif bertanya jawab jika semua siswa aktif melakukan tanya jawab Semua anggota kelompok memahami masalah yang akan diselidiki dan ditemukan Jika tidak ada anggota kelompok yang memahami masalah yang akan diselidiki dan ditemukan. Jika hanya anggota kelompok tertentu yang memahami masalah yang akan diselidi dan ditemukan. Jika hanya sebagian anggota kelompok memahami masalah yang akan diselidi dan ditemukan. Jika semua anggota kelompok memahami semua masalah yang akan diselidiki dan ditemukan Jika semua siswa mengetahui rumusan dari hipotesis Siswa bersama teman kelompoknya menggunakan fasilitas yang telah dipersiapkan. Jika siswa bersama teman kelompoknya tidak menggunakan fasilitas yang telah dipersiapkan Jika siswa bersama teman kelompoknya kurang menggunakan fasilitas yang telah dipersiapkan. Jika hanya seperdua kelompok yang menggunakan fasilitas yang telah dipersiapkan. Jika siswa bersama teman kelompoknya menggunakan fasilitas yang telah dipersiapkan. Siswa mengerjakan dan menyelesaikan LKS. Jika siswa tidak mengerjakan dan menyelesaikan LKS. Jika siswa hanya mengerjakan dan tidak menyelesaikan LKS. Jika seperdua siswa yang mengerjakan dan menyelesaikan LKS Jika siswa mengerjakan dan menyelesaikan LKS. Semua anggota kelompok aktif dalam melakukan penemuan Jika tidak ada anggota kelompok yang aktif dalam melakukan penemuan. Jika hanya sebagian anggota kelompok yang aktif dalam melakukan penemuan. Jika seperdua kelompok yang aktif dalam melakukan penemuan. Jika semua anggota kelompok aktif dalam melakukan penemuan.. Setiap kelompok menganalisis sendiri data temuannya. Jika setiap kelompok tidak menganalisis sendiri data hasil temuannya. Jika hanya sebagian kelompok yang menganalisis sendiri data hasil temuannya. Jika seperdua kelompok yang menganalisis sendiri data hasil temuannya. Jika setiap kelompok menganalisis sendiri data hasil temuannya. Setiap kelompok mempresentasikan hasil penemuannya Jika tidak ada kelompok yang mempresentasikan hasil temuannya Jika hanya sebagian kelompok yang mempresentasikan hasil temuannya. Jika seperdua kelompok yang mempresentasikan hasil temuannya Jika semua kelompok mempresentasikan hasil temuannya. 11. Setiap kelompok berani mengemukakan pendapatnya masing-masing Jika setiap kelompok tidak berani mengemukkan pendpatnya masing- masing Jika setiap kelompok kurang berani mengemukakan pendapatnya masing- masing Jika hanya sebagian kelompok yang berani mengemukakan pendapatnya masing- masing Jika setiap kelompok berani mengemukakan pendapatnya masig-masing Lampiran 7 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS I Nama sekola : SD Inpres Ujung Pandang Baru kota makassar Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam Kelas/ Semester : V / II Alokasi Waktu : 2 x 35 menit I. Standar Kompetensi : Menerapkan Sifat-sifat Cahaya Melalui Kegiatan Membuat suatu Karya/Model II. Kompetensi Dasar : Mendskripsikan Sifat Benda III. Indikator : Percobaan sifat-sifat cahaya yang dapat menembus benda bening IV. Tujuan Pembelajaran : Setelah mempelajari materi ini siswa dapat : Menjelaskan sifat-sifat cahaya dapat menembus benda bening. V. Materi Pembelajaran Sifat-sifat Cahaya Cahaya Menembus Benda Bening Benda-benda yang dapat ditembus oleh cahaya disebut benda bening. Benda-benda yang tidak dapat ditembus oleh cahaya disebut benda gelap. Metode pembelajaran : Metode Inkuiri Langkah-langkah Kegiatan pembelajaran Kegiatan Awal Menyiapkan siswa untuk belajar Mengecek kehadiran siswa Mempersiapkan materi dan media Mengadakan apresepsi Menyampaikan tujuan pembelajaran Kegiatan Inti Orientasi siswa Kepada Masalah Guru mengkondisikan siswa untuk siap mengikuti pelajaran IPA. Mengelola kelas efektif agar memungkinkan siswa dapat menerapkan keterampilan-keterampilan proses yang akan dilakukan. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang akan dilakukan. Perumusan masalah: Mengelola pengetahuan awal yang dimiliki siswa yang erat kaitannya dengan materi sumber daya alam Memberikan beberapa pertanyaan atau permasalahan yang harus dipecahkan oleh siswa, seperti benarkah sumber daya alam terbagi atas sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan tidak dapat diperbahrui. Hipotesis/jawaban sementara: Memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk mengemukakan pendapatnya mengenai pertanyaan tersebut Mencari informasi, data, fakta, yang diperlukan untuk menjawab permasalahan/hipotesis: Menjelaskan kepada siswa untuk melakukan kegiatan percobaan untuk mengumpulkan data dalam rangka menjawab permasalahan tersebut. Membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil secara heterogen Menjelaskan langkah-langkah dari percobaan tersebut kepada setiap kelompok Guru meminta kepada setiap kelompok untuk mengerjaka LKS yang telah dibagikan . Membimbing setiap kelompok dalam melakukan penemuan Memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk bertanya jika ada kesulitan dalam melakukan penemuan . Mengaplikasikan kesimpulan Memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk mengemukakan hasil penemuannya di depan kelas mengenai sunber daya alam Meminta kepada kelompok lain untuk menanggapi hasil pengumpulan data yang diperoleh kelompok lain. Kegiatan Akhir Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari Siswa mengumpulkan LKS Guru memberikan pesan moral. Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam. Alat/ Bahan/ Sumber Alat/bahan Lembar Kegiatan/kerja Siswa Alat-alat percobaan Sumber Buku bahan ajar Sains SD Kelas V, Erlangga. Hal. 141-144 Buku bahan ajar senang belajar IPA untuk kelas V, Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Hal. 97-101. Penilaian : Prosedur penilaian Tes proses (LKS) Tes akhir Bentuk penilaian Tertulis Proses Alat penilaian. LKS Makassar, Mei 2011 Guru Kelas Peneliti Hasni, A.Ma Muh. Yunus Nip, Nim, 074704233 Mengetahui Kepala sekolah Syamsul Qaidah NIP: 19630406 198604 2 001   Lampiran 8 Lembar Kegiatan/Kerja siswa Kelompok : 1. 4. 2. 5. 3. 6. Kelas: Tujuan pecobaan : Mebuktikan cahaya dapat menembus benda bening Alat dan bahan lampu senter gelas bening gelas berwarna kaleng batu karton potongan triplek plastik bening Cara kerja Letakkan masing-masing benda diatas meja . Sorotlah cahaya dari lampu sentermu mengenai masing-masing benda. Amatilah berkas cahaya senter dibalik tiap benda saat disinari. Catatlah hasil kegiatanmu pada tabel berikut dengan memberi tanda ( ) jika benda dapat ditembus cahaya dan tanda (-) jika benda tidak dapat ditembus cahaya. Tabel benda yang tembus cahaya dan tidak tembus cahaya No. Nama Benda Tembus cahaya Tidak tembus cahaya 1. 2. 3. 4. 5. Lampiran 9 Lampiran :Tes Siklus I Nama : ............. Kelas : ............. Nis : ............. A. Pilihlah jawaban yang paling tepat di bawah ini! Cahaya matahari yang masuk kedalam ruangan atau celah-celah rumah yang gelap akan tampak seperti…… Cahaya bergerak lurus c. Terhalang oleh benda Garis-garis putih yang lurus d. Cahaya dipantulkan kembali Dibawah ini adalah sifat-sifat cahaya kecuali…… Cahaya merambat lurus Cahaya dapat dipantulkan Cahaya dapat menembus benda bening Cahaya dapat menyatu dengan benda Sumber cahaya yang paling utama yaitu…… Cahaya lampu c. Cahaya matahari Cahaya senter d. Cahaya bulan Dibawah ini contoh sumber cahaya adalah…… Air dan angin c. Matahri dan bintang Api dan langit d. Kincir angin dan senter Berkas cahaya yang dapat menghalangi cahaya yang merambat lurus adalah…… Plastik bening c. Tembok Kaca d. Gelas bening Benda-benda yang dapat ditembus oleh cahaya disebut…… Benda gelap c. Benda bening Benda tajam d. Benda lunak Benda yang tidak dapat ditembus oleh cahaya disebut…… Benda bening c. Botol bening Plastik bening d. Benda gelap Diantara objek berikut yang bisa ditembus cahaya adalah…… Besi c. Kayu Pisau d. Plastik bening I. Cahaya yang bisa dipantulkan II. Cahaya Bergerak Lurus III. Cahaya bias dibiaskan IV. Cahaya hanya terdiri dari satu warna Dari pernyataan diatas, yang benar dalam menjelaskan sifat-sifat cahaya adalah…… I dan II c. I, II dan III I dan III d. I, II dan IV Cahaya dapat menembus air yang jernih karena air yang jernih termasuk benda…… Benda tajam c. Benda lunak Benda bening d. Benda mati Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan benar. Bagaimanakah arah rambat cahaya yang masuk melalui celah-celah jendela rumahmu? Jika cahaya matahari masuk kedalam ruangan atau celah-celah rumah yang gelap maka akan tampak seperti apa? Apakah manfaat sifat cahaya merambat lurus bagi manusia? Apakah yang dimaksud dengan : benda bening benda gelap Tuliskan masing-masing 2 jenis benda bening dan benda gelap? Mengapa gelas bening jika disorot lampu senter bayangannya tidak terbentuk? Lampiran 10 Lampiran : Kunci Jawaban Kunci jawaban pilihan ganda b. Garis-garis putih yang lurus d. Cahaya menyatu dengan benda c. Cahaya matahari c. Matahari dan bintang c. Tembok c. Benda bening d. Benda gelap d. Plastik bening c. I, II dan III b. Benda bening B.Kunci jawaban Essay Arah rambat cahaya yang masuk melalui celah-celah jendela rumah adalah merambat lurus Cahaya matahari yang masuk kedalam rumah akan tampak seperti garis-garis putih yang lurus Manfaat cahaya merambat lurus bagi manusia adalah pada lampu senter dan lampu kendaraan Yang dimaksud dengan : a. Benda bening adalah benda yang dapat ditembus oleh cahaya b. Benda gelap adalah benda yang tidak dapat ditembus oleh cahaya. a. Jenis benda benin: gelas yang terbuat dari kaca air jernih Jenis benda gelap Kertas Karton Tripleks Karena gelas dapat ditembus oleh cahaya Tehnik pemberian skor Untuk soal bentuk pilihan ganda 1= untuk setiap jawaban yang disilang betul 0= untuk setiap jawaban yang disilang salah Untuk soal bentuk isian 2= jika jawaban jelas dan betul 1= jika jawaban tidak jelas dan tidak betul 0= jika tidak ada jawaban Perhitungan niai hasil belajar : □((jumlah jawaban yang benar )/(jumlah soal )) x 100 PERSETUJUAN PEMBIMBING Judul : “Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui Metode Inkuiri pada siswa kelas V SD Inpres Ujung Pandang Baru Kota Makassar”. Atas Nama : Nama : MUH. YUNUS NIM : 074 704 233 Kelas : B. 8.2 Prodi : PGSD Fakultas : Ilmu Pendidikan Telah diseminarkan pada Hari/tanggal : Selasa, 10 mei 2011 Waktu : 14.00 Wita – selesai Tempat : TD 206 Setelah proposal ini dikoreksi dan diperbaiki sesuai dengan saran dosen pembimbing dan dosen penanggap pada seminar proposal, maka proposal ini telah memenuhi syarat untuk tahap penelitian selanjutnya. Makassar, Mei 2011 Disetujui oleh Pembimbing I Pembimbing II Dra. NURHAEDAH, M.Si Dr. HASARUDDIN HAFID, M.Ed NIP: 19570922 198511 2 001 NIP: 19500712 197412 1 003 Mengetahui; Ketua UPP PGSD Tidung Prof. Dr. H. AMIR. M. Pd NIP. 19601231 198602 1 006 PROPOSAL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS V SD INPRES UJUNG PANDANG BARU KOTA MAKASSAR PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR 2011

bumi

AKU DAN MASAKU

Ahmad Munawir Saleh

Menu

Gallery Slider(Do Not Edit Here!)

Search

Copyright Text

 

Sample text

Sample Text

Sample Text